0
Sunday 23 March 2025 - 03:43
Politik Zionis Israel:

Proyek Koridor ‘David’ Zionis dan Implikasinya yang Berbahaya bagi Irak

Story Code : 1198057
Israel
Israel's ’David Corridor’ Project
Namun, Channel 12 bukanlah yang pertama membahas “Koridor David” atau mengungkap detailnya. Berbagai kalangan politik, militer, dan keamanan di Zionis “Israel” selama beberapa bulan terakhir telah aktif mempromosikan, mengkaji, dan mendukung proyek ini. Diskusi teoritis ini kini telah diterjemahkan menjadi tindakan nyata di lapangan setelah runtuhnya pemerintahan Suriah pada 8 Desember 2024. Kekacauan, tidak adanya otoritas pusat yang kuat, serta berkurangnya peran kekuatan regional dan internasional menciptakan peluang bagi entitas Zionis untuk mencapai tujuannya.
 
Salah satu implementasi paling nyata dari proyek “Koridor David” adalah masuknya militer Zionis ke dalam wilayah Suriah, mencapai pinggiran Damaskus. Selain itu, angkatan udara Zionis secara sistematis menargetkan dan menghancurkan berbagai situs strategis militer dan ekonomi di Suriah, termasuk gudang senjata, pangkalan militer, pabrik, dan bengkel. Lebih jauh, badan intelijen eksternal, Mossad, telah meningkatkan operasinya di Suriah, bekerja sama dengan badan intelijen regional dan internasional serta otoritas baru di sana.
 
Jika sebelumnya entitas Zionis merasa terancam dan terisolasi di Dataran Tinggi Golan yang diduduki, kini mereka telah memperluas kehadiran operasionalnya secara signifikan di Suriah. Saat ini, pasukan Zionis bergerak bebas di sebagian besar wilayah Suriah, secara bertahap maju menuju Irak.
 
Tujuan Strategis “Koridor David”
Tujuan utama proyek “Koridor David” berakar pada ideologi ekspansionis historis dan religius entitas Zionis, yang membayangkan kendali atas wilayah yang membentang dari Sungai Nil hingga Sungai Efrat. Proyek ini membutuhkan fragmentasi, penghancuran, dan penaklukan tiga negara Arab utama dan berpengaruh: Mesir, Suriah, dan Irak.
 
Politisi Zionis meyakini bahwa mereka telah berhasil menetralisir Mesir dan membatasi pengaruh regionalnya melalui Perjanjian “Camp David” yang ditandatangani 47 tahun lalu. Kini, mereka berusaha membongkar Suriah, mengubahnya menjadi kumpulan negara kecil yang bertikai. Hal ini memungkinkan mereka membangun kehadiran di negara tersebut yang mempermudah akses mereka ke Irak, dengan dukungan dari Amerika Serikat dan pihak sekutu lainnya, termasuk pemerintah, organisasi, dan individu tertentu.
 
Upaya untuk mengacaukan Irak melalui kelompok teroris Takfiri seperti Al-Qaeda dan ISIS sebagian besar telah gagal. Namun, kekuatan eksternal—terutama Amerika dan Zionis—belum meninggalkan ambisinya. Mereka terus berkonspirasi, seperti yang telah mereka lakukan di masa lalu. “Koridor David” pada dasarnya tidak jauh berbeda dari proyek ekspansionis lainnya seperti inisiatif “Timur Tengah yang Lebih Besar,” “Kesepakatan Abad Ini,” atau yang kini lebih dikenal sebagai “Perdamaian Abraham.”
 
Ancaman Zionis terhadap Irak
Plot Zionis untuk melemahkan persatuan Irak, membagi wilayahnya, dan menanamkan perpecahan internal telah ada sejak awal berdirinya entitas pendudukan tersebut hampir delapan dekade lalu. Rencana ini semakin intensif setelah pendudukan Amerika atas Irak pada tahun 2003. Namun, kombinasi beberapa faktor—termasuk kepemimpinan agama, kesadaran sosial, mayoritas yang kuat, serta aliansi strategis—telah menggagalkan upaya ini.
 
Saat ini, sementara Suriah menghadapi tantangan berat dan ketidakpastian, Irak telah berhasil mengatasi ancaman serupa di masa lalu dan mengubahnya menjadi peluang untuk ketahanan dan pertumbuhan. Namun, ini tidak berarti bahwa Irak kebal terhadap ancaman di masa depan. Beberapa faktor yang harus diperhitungkan adalah:
Keamanan nasional Irak secara langsung terkait dengan stabilitas negara tetangganya dan lingkungan regional yang lebih luas. Setiap gejolak di Suriah atau negara-negara berbatasan lainnya akan berdampak pada keamanan Irak, sehingga memerlukan pemantauan yang cermat dan langkah-langkah proaktif.
Ambisi ekspansionis entitas Zionis tidak berhenti pada satu negara saja. Jika mereka berhasil mengukuhkan kehadirannya di Suriah, Irak kemungkinan besar akan menjadi target utama berikutnya. Entitas Zionis memandang Suriah sebagai batu loncatan menuju hegemoni regional yang lebih luas.
Terdapat konvergensi kepentingan antara entitas Zionis dan kelompok teroris Takfiri. Organisasi yang sama yang menghancurkan Irak 15 hingga 20 tahun lalu kini berkuasa di Suriah. Ambisi mereka semakin besar, dan kebangkitan Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) di Suriah bisa memberi mereka dorongan untuk mencoba kembali mengacaukan Irak, mungkin dengan mengulangi peristiwa 2014, dimulai dari Mosul atau provinsi lainnya.
Konteks Regional yang Lebih Luas
Entitas Zionis secara aktif berupaya menyusup ke Irak, membongkar, dan memfragmentasinya, sehingga semakin mendekati pencapaian tujuannya untuk melemahkan dan menaklukkan Mesir, Suriah, dan Irak. Dalam prosesnya, mereka juga berusaha mengepung dan mengisolasi Iran serta melemahkan Poros Perlawanan.
 
Konvergensi kepentingan antara “Tel Aviv” dan organisasi teroris menempatkan Irak di pusat proyek fragmentasi regional yang dirancang untuk memperluas pengaruh Zionis. Meskipun kondisi keamanan, politik, dan sosial Irak saat ini berbeda jauh dari tahun 2014 dan sebelumnya, kewaspadaan tetap menjadi kunci. Irak harus mengenali dan menangkal ancaman ini sebelum berkembang menjadi upaya baru untuk mendestabilisasi negara.[IT/r]
 
 
Comment