QR CodeQR Code

Zionis Israel - Qatar:

Hadiah Tak Terduga bagi Hamas: Bagaimana Serangan Doha Gagal dan Berbalik Merugikan ‘Israel’?

11 Sep 2025 03:20

IslamTimes - Serangan terbaru “Zionis Israel” ke ibu kota Qatar bukan sekadar aksi agresi lainnya. Ia merupakan skandal berlapis, pelanggaran terhadap langit Arab, dan—ironisnya—hadiah politik bagi gerakan yang justru ingin dieliminasi. Upaya pembunuhan terhadap pimpinan Hamas di Doha menyingkap kecerobohan Zionis Israel, lumpuhnya pertahanan Arab, serta standar ganda sekutu-sekutu Washington.


Bahwa jet tempur Zionis Israel bisa menempuh hampir 1.800 kilometer, melintasi berbagai negara Arab, lalu meluncurkan rudal presisi ke Doha tanpa ada pencegahan, merupakan skandal bersejarah. Radar yang biasanya siaga melacak pesawat Iran atau drone Yaman mendadak bungkam. Rudal yang seharusnya siap menghadang sinyal Tehran justru “tertidur” ketika jet Tel Aviv lewat. Pertanyaan yang tersisa: siapa yang memberi izin?
 
Ini bukan operasi rutin Zionis Israel. Siapa pun yang membuka langit turut serta dalam kejahatan itu. Namun korban langsung adalah Qatar—sebuah negara yang sedang menjadi tuan rumah negosiasi dengan sponsor AS. Dengan menyerang ibu kotanya, “Zionis Israel” bukan hanya menghantam Hamas, tetapi juga secara terang-terangan merendahkan kedaulatan Doha.
 
Perhitungan Netanyahu—dan Bayangan Washington
“Zionis Israel” membenarkan serangan itu sebagai balasan atas serangan Al-Quds pada hari Senin (8/9), tetapi ancaman terhadap pimpinan Hamas di luar negeri sudah jauh hari dilontarkan. Netanyahu memanfaatkan momentum untuk menggenjot strategi “pemenggalan”, berjudi bahwa tak ada pemerintah Arab yang akan menghalanginya.
 
Namun serangan itu sekaligus mensabotase mediasi yang tengah berlangsung dengan dukungan AS. Negosiasi yang ditengahi Qatar dan Mesir telah mencapai tahap lanjut, berdasarkan proposal yang dibawa utusan Washington dan disetujui Presiden Trump. Aksi Zionis Israel justru merusak kerangka itu sendiri, mempermalukan Washington sekaligus membuat Doha murka.
 
Hamas menuding pemerintahan AS ikut bertanggung jawab atas serangan ini karena dukungan berkelanjutan terhadap agresi Zionis Israel.
AS bersikeras bahwa mereka diberi tahu hanya beberapa menit sebelum serangan. Namun dengan keberadaan pangkalan besar Al-Udeid di Qatar, sulit dipercaya Washington tidak mengetahui lebih awal. Paling ringan, tampak lalai; paling buruk, ikut bersekongkol. Bagi Doha, ini pengingat pahit: pangkalan yang dulu digunakan untuk mengancam Iran, ternyata “buta” saat jet Zionis Israel melintas.
 
Qatar Menarik Garis—Namun Terbatas
Reaksi resmi Qatar keras. Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengecam serangan itu sebagai “terorisme negara”, berjanjitidak akan berkompromi soal kedaulatan, dan mengumumkan langkah hukum. Ia menuduh Netanyahu menyeret kawasan menuju bencana serta menegaskan hak Qatar untuk merespons.
 
Namun realitas tak bisa diabaikan: dengan menampung pangkalan AS terbesar di Timur Tengah, Qatar telah mengikat keamanannya pada kehendak Washington. Ketika Iran dulu merespons agresi Amerika, Doha mengizinkan tanahnya dipakai sebagai landasan operasi AS. Kini, ketika jet Zionis Israel menggunakan langit Arab untuk membombardir Doha, perlindungan Washington tak terlihat. Kedaulatan yang dikompromikan ke satu arah, pada akhirnya akan dikompromikan ke semua arah.
 
Serangan itu menewaskan sejumlah anggota Hamas dan seorang personel keamanan Qatar, menegaskan pelanggaran serius atas kedaulatan Doha.
 
Meski kehilangan nyawa, Hamas memastikan musuh gagal membunuh delegasi negosiasinya, sehingga gerakan perlawanan tetap menjaga legitimasi politiknya di tengah menghadapi agresi.
 
Menurut perwakilan Hamas di Iran, Khaled Qaddoumi, serangan Zionis Israel terhadap para pemimpin Hamas di Doha tidak berhasil, dengan semua pemimpin selamat.
 
Menurut perwakilan Hamas di Iran, Khaled Qaddoumi, serangan Israel terhadap para pemimpin kelompok tersebut di Doha tidak berhasil, dan semua pemimpin tidak terluka.
 
pic.twitter.com/qGD2fy5Maj
— Highlights (@highlightsnews1) September 9, 2025
 
 
Hadiah bagi Hamas
Secara paradoks, serangan itu justru menyelesaikan dilema politik bagi Hamas. Gerakan ini berada di bawah tekanan untuk mengambil sikap atas proposal gencatan senjata Trump—rencana yang dirancang berdasarkan kepentingan Zionis Israel. Menolak berarti dituding keras kepala; menerima berarti berisiko kehilangan dukungan basisnya.
 
Serangan yang gagal ini membebaskan Hamas dari jeratan itu. Prioritas pun bergeser dari manuver politik ke bertahan hidup menghadapi agresi. Alih-alih digambarkan sebagai elit yang “hidup nyaman di hotel Qatar,” delegasi Hamas kini ditampilkan sebagai pihak yang langsung berada dalam bahaya, berbagi risiko yang sama dengan rakyat Gaza. Hal ini hanya akan memperkuat solidaritas terhadap gerakan itu, baik di dalam negeri maupun di luar.
 
Serangan Doha dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan. Sebaliknya, ia menyingkap kecerobohan Israel, memperlihatkan kerentanan sekutu-sekutu Washington, dan berbalik merugikan secara politik. Secara militer, gagal. Secara diplomatik, mempermalukan AS dan mengguncang mitra Teluknya sendiri.
 
Dengan mencoba membunuh pimpinan perlawanan di luar negeri, “Israel” justru memperkuat gaung perjuangan mereka. Doha berubah menjadi panggung tempat berbagai kebenaran bertemu: pengkhianatan langit Arab, rapuhnya jaminan AS, dan ketangguhan perlawanan.
Bagi Qatar, pelajarannya pahit. Dengan menyerahkan kedaulatannya kepada Washington, ia justru dikhianati di saat paling membutuhkan perlindungan. Bagi kawasan, pelajarannya lebih jelas: jalan ketergantungan pada Amerika hanya berujung pada penghinaan, sementara jalan perlawanan tetap menjadi satu-satunya perisai dari rudal Zionis Israel.
 
Sementara para pemimpin Lebanon seperti Nawaf Salam dan Joseph Aoun masih menggantungkan harapan pada jaminan Amerika untuk melindungi negeri mereka, pangkalan AS terbesar di Qatar terbukti gagal melindungi Doha dari agresi Zionis Israel.
 
Lebih mencolok lagi, Qatar yang pernah menghadiahkan Trump pesawat termahal di dunia beserta satu miliar dolar sebagai tanda persahabatan, justru dikabarkan menerima lampu hijau dari pemerintahan AS yang sama untuk serangan terhadap ibu kotanya sendiri.
 
Kontras ini menyingkap rapuhnya jaminan AS, kepalsuan aliansinya, serta dinginnya kalkulasi kekuasaan di kawasan—mengingatkan bahwa perlindungan yang dijanjikan di atas kertas sering menguap ketika kepentingan imperium sejalan dengan agresi. Sementara itu, rakyat Lebanon selatan dan seluruh kawasan tetap rentan terhadap manipulasi serta pengkhianatan serupa.[IT/r]
 
 


Story Code: 1232553

News Link :
https://www.islamtimes.com/id/article/1232553/hadiah-tak-terduga-bagi-hamas-bagaimana-serangan-doha-gagal-dan-berbalik-merugikan-israel

Islam Times
  https://www.islamtimes.com