Pada hari Rabu (20/9), surat kabar Italia Corriere della Sera mewawancarai Steinmeier tak lama setelah dia tiba di negara tersebut untuk kunjungan resmi. Di antara topik yang dibahas adalah peningkatan terkini dalam imigrasi dan dampaknya terhadap hubungan antara Berlin dan Roma.
Presiden Jerman memulai dengan menyatakan bahwa Italia tidak seharusnya menghadapi krisis ini sendirian, dan memuji negara tersebut karena “telah menunjukkan begitu banyak tanggung jawab kemanusiaan terhadap para pengungsi yang datang dari Mediterania dalam beberapa tahun terakhir.”
Dia lebih lanjut menambahkan bahwa dia “menanggapi dengan sangat serius permintaan bantuan yang datang dari kota-kota di Italia,” namun menambahkan bahwa kota-kota di Jerman juga tidak lebih baik dalam hal ini karena kedua negara memiliki “beban berat yang harus ditanggung.”
“Jerman, seperti Italia, berada pada batas kapasitasnya,” jelas Steinmeier, mengutip “imigrasi yang kuat dari perbatasan timur, dari Suriah dan Afghanistan,” serta kedatangan “lebih dari satu juta pengungsi dari Ukraina.” Ia mengatakan 162.000 orang telah meminta suaka di Jerman dalam enam bulan pertama tahun ini.
Presiden Jerman menyerukan “distribusi yang adil di Eropa” melalui penciptaan “mekanisme solidaritas permanen,” serta kontrol yang lebih kuat di perbatasan luar UE.
Pekan lalu, surat kabar Jerman Die Welt, mengutip perwakilan Kementerian Dalam Negeri, melaporkan bahwa Berlin telah menghentikan sementara praktik penerimaan migran yang datang melalui Italia pada akhir bulan lalu.
Outlet media tersebut mengutip para pejabat yang menjelaskan bahwa “mekanisme solidaritas sukarela” telah ditunda karena Italia secara konsisten menolak untuk menghormati Peraturan Dublin. Ketentuan ini menetapkan bahwa permohonan pencari suaka harus diproses oleh negara peserta pertama tempat mereka tiba.
Menurut Die Welt, Roma memberi tahu negara-negara anggota UE lainnya pada bulan Desember bahwa mereka membatalkan transfer migran “untuk jangka waktu terbatas” kembali ke Italia karena masalah “teknis yang tiba-tiba muncul” terkait dengan kapasitas penerimaan negara tersebut. Penangguhan ini tetap berlaku sejak saat itu, kata outlet media tersebut. [IT/r]