Di Museum Seni Terbesar Dunia, Indahnya Kain Tradisional Indonesia Hadir Memberi Warna
Story Code : 1099951
Adalah desainer Edward Hutabarat yang berperan penting dalam tampilnya aneka kain tradisional Indonesia di Musee de Louvre yang merupakan museum seni terbesar di dunia. Koleksinya yang dipamerkan yakni Tenun Ikat dari Sumba dan Timor (Nusa Tenggara Timur), serta Bali dan Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), juga Ulos dari Samosir dan Songke dari Sumatra.
"Peradaban Indonesia sangat erat kaitannya dengan ‘selimut’ (kain)," "Namun, ‘selimut’ di Indonesia dikenal dengan nama-nama lain seperti sarung, jarit, dan masih banyak lagi." papar Edward.
Melalui koleksi kain tradisional, Indonesia, khususnya Sumba, berusaha memperkenalkan keindahan, kekayaan, keterampilan, dan kearifan budaya kepada publik internasional. Kain tersebut merupakan karya seni autentik dari bahan alami yang telah terjaga selama berabad-abad. Proses produksi tenun ikat khas Sumba, yang sangat mengandalkan keterampilan tangan, mencakup pemintalan kapas, pewarnaan alami, hingga pengikatan motif yang kompleks dan memakan waktu berbulan-bulan.
Pameran Selimut Nusantara menjadi sejarah baru bagi Indonesia karena merupakan kali pertama negara Asia tampil di Musee de Louvre, museum seni terbesar di dunia. Koleksi kain tradisional Indonesia dipamerkan bersama karya seni lainnya seperti Mona Lisa dan Venus de Milo. Selain kain, foto yang menampilkan kemegahan Candi Borobudur juga turut dipamerkan, menjadi bagian dari upaya pengembangan Warisan Budaya Indonesia dan Diplomasi Budaya.
“Kita bangga, kebudayaan Indonesia ditampilkan berkelas di salah satu Museum Seni terbesar di dunia," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Hilmar Farid.