Houthi: AS Terkejut dengan Taktik Angkatan Laut Yaman, Gagal Menghentikan Operasi Pembalasan di Laut Merah
Story Code : 1146378
The leader of Yemen's Ansarullah resistance movement, Sayyed Abdul-Malik al-Houthi
Abdul-Malik al-Houthi membuat pernyataan tersebut dalam pidatonya yang disiarkan televisi pada hari Minggu (7/7), di mana ia memuji kemampuan militer dan rudal Yaman yang canggih dalam menghadapi koalisi AS, Inggris, dan Zionis Israel yang ia sebut sebagai “segitiga kejahatan”.
Houthi melanjutkan dengan mengatakan bahwa operasi angkatan laut Yaman telah menakuti musuh, mencatat bahwa kapal induk AS di Laut Merah lebih memilih melarikan diri daripada menyerang dan drone MQ-9 Reaper mereka terus menerus ditembak jatuh.
Dia juga menunjukkan bahwa banyak negara tidak terjebak dalam perangkap yang dibuat oleh koalisi pimpinan AS melawan Yaman dan bahkan melakukan koordinasi langsung dengan negara Arab tersebut.
“Kegagalan terbesar Amerika Serikat adalah tidak bisa mengikutsertakan negara-negara tetangga Laut Merah dalam operasi mendukung Zionis Israel. Washington juga gagal memaksa negara-negara Arab dan negara-negara tetangganya untuk menyerang kami dari wilayah mereka,” ujarnya.
Pemimpin Ansarullah lebih lanjut mengatakan bahwa AS sedang mencoba menggunakan Arab Saudi untuk memberikan tekanan terhadap Yaman, dan memperingatkan bahwa “tindakan permusuhan” Saudi terhadap Yaman akan menguntungkan Zionis Israel dan AS.
“Amerika bermaksud membawa Arab Saudi ke dalam perang habis-habisan dengan kami dan mengembalikan situasi ke puncak ketegangan,” katanya, seraya mendesak persatuan dan kerja sama umat Islam.
Ia juga menekankan bahwa Yaman tidak akan tinggal diam dalam menghadapi agresi dan tidak akan menyaksikan keruntuhan perekonomian negaranya.
Pasukan Yaman telah berulang kali meluncurkan drone dan rudal terhadap kapal-kapal Israel dan kapal-kapal tujuan Zionis Israel sejak pertengahan November tahun lalu, dengan mengatakan bahwa mereka bertindak sebagai solidaritas dengan Palestina terhadap perang Zionis Israel di Jalur Gaza.
Pada bulan Januari, Amerika Serikat dan Inggris mulai menyerang Yaman untuk mencegah negara tersebut menargetkan kapal-kapal Zionis Israel yang membawa senjata dan logistik untuk melakukan serangan gencar di wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Meskipun terjadi serangan udara yang dipimpin AS selama berbulan-bulan, pasukan Yaman terus melanjutkan operasi mereka, memanfaatkan persenjataan yang semakin canggih untuk menyerang kapal-kapal Israel, AS, dan Inggris di dan sekitar Laut Merah. [IT/r]