0
Monday 29 July 2024 - 21:08
Zionis Israel - Turki:

Israel: Erdogan Bisa Berakhir seperti Saddam

Story Code : 1150711
Recep Tayyip Erdogan attends a press conference during the 75th NATO Summit in Washington, DC
Recep Tayyip Erdogan attends a press conference during the 75th NATO Summit in Washington, DC
Menteri Luar Negeri Zionis Israel Katz telah memperingatkan pemimpin Turki itu agar tidak campur tangan dalam perang Gaza
 
Erdogan bertukar ancaman dengan pejabat Zionis Israel pada hari Minggu (28/7) atas operasi militer IDF yang sedang berlangsung di Gaza, serta dengan cepat meningkatkan ketegangan dengan kelompok bersenjata Hizbullah yang berbasis di Lebanon.
 
Berbicara di sebuah rapat umum di kampung halamannya di Rize, Erdogan menyarankan bahwa Türkiye dapat "memasuki" Zionis Israel untuk membantu Palestina. "Kita harus sangat kuat sehingga Zionis Israel tidak dapat melakukan hal-hal konyol ini ke Palestina," kata Erdogan.
 
Di masa lalu ia telah mengutuk tindakan Zionis Israel di Gaza dengan tindakan Nazi Jerman - dan menyamakan Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanyahu dengan Adolf Hitler. Katz menanggapi dengan peringatannya sendiri di X (sebelumnya Twitter).
 
“Erdogan mengikuti jejak Saddam Hussein dan mengancam akan menyerang Zionis Israel,” tulisnya, seraya menambahkan bahwa pemimpin Turki itu “harus mengingat apa yang terjadi di sana dan bagaimana itu berakhir.”
 
Pemimpin oposisi Zionis Israel Yair Lapid juga mengecam Erdogan, menyebutnya sebagai “bahaya bagi Timur Tengah” dan “calon diktator.” “Dunia, dan khususnya anggota NATO, harus mengutuk keras ancamannya yang keterlaluan terhadap Israel dan memaksanya untuk mengakhiri dukungannya terhadap Hamas,” tulis Lapid di X.
 
Saddam Hussein digulingkan selama invasi Irak yang dipimpin AS tahun 2003. Ia bersembunyi, tetapi akhirnya ditangkap oleh pasukan AS, dihukum oleh pengadilan Irak atas kejahatan terhadap kemanusiaan, dan dieksekusi dengan cara digantung pada tahun 2006.
 
AS di bawah Presiden George W. Bush mengklaim pada saat itu bahwa pemimpin Irak itu memiliki hubungan dengan Al-Qaeda – kelompok di balik serangan teroris 9/11 – dan memiliki senjata pemusnah massal. Kedua klaim tersebut kemudian terbukti salah, tetapi Washington menggunakannya sebagai alasan untuk menyerang Irak, meskipun gagal mendapatkan persetujuan Dewan Keamanan PBB.[IT/r]
 
Comment