0
Wednesday 31 July 2024 - 20:26
Iran dan Perjuangan Palestina:

Imam Khamenei Berjanji Akan Membalas Darah 'Tamu Terkasih' Haniyeh, Memperingatkan Israel tentang 'Hukuman Keras'

Story Code : 1151147
Leader of the Islamic Revolution Ayatollah Seyyed Ali Khamenei with Ismail Haniyeh, head of the political bureau of the Palestinian Hamas resistance group, in Tehran
Leader of the Islamic Revolution Ayatollah Seyyed Ali Khamenei with Ismail Haniyeh, head of the political bureau of the Palestinian Hamas resistance group, in Tehran
Ayatollah Khamenei menyampaikan pernyataan tersebut pada hari Rabu (31/7), beberapa jam setelah Haniyeh, yang telah melakukan perjalanan ke Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran, tewas dalam serangan fajar di ibu kota tersebut. “
 
Rezim Zionis kriminal dan teroris telah membunuh tamu terkasih kami di tanah air kami dan meninggalkan kami dalam kesedihan, tetapi mereka juga menyiapkan dasar untuk hukuman keras bagi dirinya sendiri,” kata Imam Khamenei tersebut.
 
Ayatollah Khamenei memuji pengorbanan Haniyeh selama bertahun-tahun dalam perjuangannya melawan pendudukan Zionis Israel dan mengatakan bahwa ia siap untuk mati syahid dan mengorbankan anak-anak dan rumah tangganya di jalan ini.
 
“Ia tidak takut untuk mati syahid di jalan Allah dan menyelamatkan hamba-hamba Allah, tetapi kami menganggap sudah menjadi kewajiban kami untuk membalaskan darahnya dalam insiden pahit dan mengerikan yang terjadi di wilayah Republik Islam ini," tegas Pemimpin Besar Revolusi Islam.
 
Pemimpin Besar Revolusi Islam juga menyampaikan belasungkawa kepada Umat Islam, front perlawanan, bangsa Palestina yang bangga, serta keluarga Haniyeh dan salah seorang sahabatnya, yang turut gugur bersamanya. Haniyeh berada di Tehran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada hari Selasa.
 
Pihak berwenang Iran mengumumkan bahwa penyelidikan yang ketat telah diluncurkan terkait pembunuhan yang disengaja terhadap Haniyeh di ibu kota dan hasilnya akan segera dirilis. Republik Islam telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional atas meninggalnya pemimpin perlawanan Palestina tersebut.
 
Kelompok-kelompok Palestina telah mengutuk pembunuhannya dengan keras, dan bersumpah untuk membuat mereka yang berada di balik pembunuhan tersebut membayar harga atas tindakan keji tersebut.
 
Haniyeh, 62 tahun, lahir di kamp pengungsi dekat Kota Gaza dan bergabung dengan Hamas pada akhir 1980-an selama Intifada Pertama atau pemberontakan. Seiring Hamas semakin berkuasa, Haniyeh naik pangkat dan diangkat menjadi bagian dari "kepemimpinan kolektif" pada tahun 2004 dan mencapai jabatan puncak Hamas pada tahun 2017.
 
Tiga putranya tewas dalam serangan udara Israel di Gaza pada bulan April.[IT/r]
 
 
Comment