Bertepatan dengan Pemakaman Haniyeh di Doha, Hamas Menyerukan Hari Kemarahan
Story Code : 1151455
A Palestinian man carries a girl with a headband that reads the al-Qassam Brigades
Gerakan Perlawanan Islam, Hamas, telah menyerukan hari kemarahan dan mobilisasi yang meluas, hari ini, Jumat, sebagai protes atas pembunuhan kepala biro politiknya, pemimpin Ismail Haniyeh, oleh pendudukan Zionis Israel.
Dalam pernyataannya, Hamas menyerukan "pawai kemarahan besar-besaran dari setiap masjid, mengecam pembunuhan pengecut tersebut, mengutuk genosida yang sedang berlangsung terhadap rakyat kami di Jalur Gaza, dan membela tanah kami, al-Quds, dan Masjid al-Aqsa yang diberkahi."
Seruan ini muncul setelah gerakan tersebut melaksanakan salat jenazah [salat yang dilakukan umat Islam saat tidak memungkinkan untuk salat atas jenazah] untuk mendoakan arwah pemimpin yang syahid di seluruh masjid, sebagai bentuk kesetiaan kepadanya, pesannya, dan darah para syuhada.
Setelah salat Jumat (2/8), Haniyeh dijadwalkan dimakamkan di Qatar.
Sebelumnya pada hari Kamis (1/8), massa yang sangat banyak menghadiri pemakaman Haniyeh di Tehran sebelum jenazahnya dipindahkan ke Doha.
Pada tanggal 28 Juli 2024, tiga hari sebelum ia syahid, Haniyeh telah menyerukan agar tanggal 3 Agustus menjadi hari nasional dan global untuk mendukung Gaza dan para tahanan Palestina, dengan menekankan "pentingnya dan perlunya partisipasi aktif rakyat nasional, Arab, Islam, dan global, dan keberlanjutan semua bentuk demonstrasi dan pawai setelah tanggal 3 Agustus, hingga pendudukan Zionis dipaksa untuk menghentikan agresi dan kejahatannya terhadap rakyat kami di Jalur Gaza dan terhadap para tahanan heroik kami di penjara dan kamp Nazi."
Pada hari Kamis, Hamas dan Jihad Islam menegaskan bahwa kejahatan pembunuhan yang dilakukan terhadap para pemimpin Perlawanan, terutama kepala biro politik Hamas dan komandan Perlawanan Islam di Lebanon, Fouad Shokor, tidak akan melemahkan Perlawanan.
Pernyataan bersama dari Hamas dan Jihad Islam Palestina menekankan bahwa "Perlawanan berjanji kepada Tuhan terlebih dahulu, kemudian kepada rakyat dan negaranya, untuk memenuhi tugas mempertahankan tanahnya dan melindungi tempat-tempat suci, berapa pun pengorbanannya."
Pernyataan tersebut menekankan bahwa Perlawanan adalah hak yang sah dalam menghadapi pendudukan dan akan terus berlanjut selama pendudukan berlangsung hingga rakyat Palestina memperoleh semua hak mereka untuk pembebasan, pengembalian, dan pendirian negara merdeka di seluruh tanah Palestina, dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.[IT/r]