0
Monday 17 February 2025 - 04:30
Lebanon dan Regional:

Sheikh Qassem dari Hezbollah Peringatkan terhadap Pemindahan Paksa Warga Palestina, Serukan Keputusan Berdaulat Lebanon

Story Code : 1191046
Hezbollah-Secretary-General-Sheikh-Naim-delivers-speech-commemorating-the-group’s-Senior of Hezbollah
Hezbollah-Secretary-General-Sheikh-Naim-delivers-speech-commemorating-the-group’s-Senior of Hezbollah
Dalam pidatonya pada hari Minggu (16/2), Sheikh Qassem membuka dengan menyampaikan selamat kepada umat Muslim atas peringatan kelahiran Imam Syiah ke-12, Imam Mahdi (AS), serta menegaskan komitmen kuat Hezbollah terhadap panjinya—melambangkan kebenaran dan kemanusiaan.
 
Ia juga mengenang 20 tahun peringatan pembunuhan mantan Perdana Menteri Lebanon Rafik Hariri, serta menyerukan persatuan nasional dalam menghadapi tantangan.
 
Pemimpin Syahid Hezbollah: Ikon Perlawanan
Sheikh Qassem menghormati warisan para pemimpin syahid senior Hezbollah, dimulai dengan Syahid Sheikh Ragheb Harb, seorang tokoh yang dicintai karena keberaniannya dalam melawan pendudukan Zionis Israel di tahun-tahun awal invasi Zionis ke Lebanon.
 
Sheikh Naim Qassem menegaskan bahwa invasi Zionis Israel tahun 1982 tidak hanya bertujuan untuk mencabut perlawanan Palestina, tetapi juga merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk menghilangkan perlawanan di Lebanon dan kawasan secara keseluruhan. Namun, hasil dari invasi ini jauh dari yang diharapkan oleh Zionis.
 
Sheikh Qassem juga memberikan penghormatan kepada Syahid Sayyed Abbas Al-Mousawi, yang digambarkan sebagai pemimpin perlawanan sejati—selalu berada di garis depan, menanamkan semangat kemenangan yang tak tergoyahkan di antara para pejuang. Sheikh Qassem mengutip kata-kata ikonik Sayyed Abbas: "Bunuh kami, dan kami akan tumbuh lebih kuat."
 
Berbicara tentang syahid legendaris Hajj Imad Moghniyeh, Sheikh Qassem memuji ketakwaan spiritualnya yang menjadi pedoman bagi para pejuang Hezbollah. Ia menyoroti strategi inovatif Moghniyeh serta keahliannya dalam bidang keamanan dan militer.
 
"Para pemimpin syahid ini berbagi ideologi dan misi yang sama, berakar pada nilai-nilai Islam yang autentik dan komitmen tak tergoyahkan terhadap jihad dalam menghadapi ketidakadilan, dengan musuh utama mereka selalu adalah Zionis Israel," ujar Sheikh Qassem.
 
Sikap terhadap Pemindahan Paksa Warga Palestina
Di ranah politik, Sheikh Qassem menilai sikap Presiden AS Donald Trump terhadap isu Palestina sebagai sangat berbahaya, dengan tujuan untuk melenyapkan Palestina dan rakyatnya. Ia menyebut kebijakan ini sebagai bentuk "genosida politik," yang dilakukan setelah kegagalan rencana AS-Zionis Israel dalam Operasi Badai Al-Aqsa.
 
Sheikh Qassem mengecam setiap upaya untuk memindahkan paksa warga Palestina dari tanah mereka, menolak keras rencana pemindahan mereka ke Yordania, Mesir, atau Arab Saudi.
 
Selain itu, Sheikh Qassem memperingatkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh Zionis Israel berada di bawah kendali langsung AS.
 
Sheikh Naim menyerukan negara-negara Arab dan Islam untuk mengambil sikap yang jelas dan tegas menolak skema ini, menegaskan bahwa rencana AS ini akan berdampak besar pada seluruh kawasan. Ia juga menegaskan bahwa Hezbollah siap berkontribusi dalam setiap inisiatif Arab atau Islam yang bertujuan menentang pemindahan paksa warga Palestina.
 
Pemerintahan Lebanon dan Urusan Kedaulatan
Terkait isu internal Lebanon, Sheikh Qassem menyambut baik pembentukan pemerintahan Lebanon, menganggapnya sebagai pencapaian konstitusional yang vital. Ia menekankan perlunya kelancaran fungsi lembaga konstitusi dan menyoroti peran penting yang dimainkan oleh duo nasional dalam memastikan pemilihan Presiden Republik.
 
"Perdana Menteri Lebanon memutuskan untuk mencegah pesawat Iran mendarat dengan dalih keselamatan penerbangan dan warga sipil, tetapi ini adalah pelaksanaan keputusan Israel," ujar Sheikh Qassem.
 
Mengenai penarikan Zionis Israel yang diantisipasi pada 18 Februari, Sheikh Qassem dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada alasan bagi pendudukan Zionis Israel untuk tetap berada di wilayah Lebanon dalam bentuk apa pun.
 
Sheikh Qassem menyerukan negara Lebanon untuk mengambil sikap tegas dan menolak kompromi apa pun, termasuk yang disebut sebagai "lima posisi."
 
Sheikh Qassem juga menyoroti tanggung jawab Lebanon dalam membangun kembali wilayah yang hancur akibat agresi Zionis Israel. Ia meyakinkan rakyat bahwa Hezbollah tidak akan meninggalkan mereka dalam upaya pemukiman kembali, restorasi, atau rekonstruksi. Yang mulia menjamin bahwa rumah-rumah akan dibangun kembali dengan standar yang lebih baik dari sebelumnya.
 
Selain itu, Sheikh Qassem mengusulkan agar pemerintah menerapkan sistem pengangkatan administrasi berdasarkan ujian kompetitif, memilih individu yang paling berkualitas tanpa adanya kuota politik, guna meningkatkan efisiensi administrasi Lebanon.
 
Pesawat Iran dan UNIFIL
Membahas keputusan pemerintah Lebanon untuk mencegah pendaratan pesawat Iran di Bandara Rafik Hariri Beirut, Sheikh Qassem menyatakan bahwa keputusan ini dibuat sebagai respons langsung terhadap perintah Zionis Israel, yang disamarkan dengan alasan "keselamatan penerbangan dan warga sipil."
 
Sheikh Qassem menyerukan pemerintah Lebanon untuk meninjau kembali keputusan ini dan mengambil sikap yang lebih tegas serta berdaulat.
 
Ia juga menegaskan penolakan Hezbollah terhadap segala bentuk serangan terhadap pasukan UNIFIL, menekankan pentingnya menjaga keselamatan mereka serta misi penjaga perdamaian.
 
Selain itu, Sheikh Qassem menegaskan kesiapan penuh Hezbollah untuk pemakaman Sayyed Nasrallah pada 23 Februari, dengan partisipasi luas, serta mendesak para pendukungnya untuk hadir secara disiplin dan tertib.[IT/r]
 
 
Comment