0
Monday 17 February 2025 - 18:30
Perjuangan Poros Perlawanan:

Para Pemimpin Martir Hezbollah: Warisan Abadi yang Menerangi Jalan Perlawanan

Story Code : 1191155
Sayyed Nasrallah joins this year Hezbollah
Sayyed Nasrallah joins this year Hezbollah's martyred leaders
Hari Para Pemimpin Martir Hezbollah adalah sebuah peringatan untuk mengenang tiga pemimpin perlawanan paling penting: Sheikh Ragheb Harb, mantan Sekretaris Jenderal Sayyid Abbas Al-Mousawi, dan Komandan Senior Imad Moghniyah. Sayyid Nasrallah selalu berdiri di podium untuk memberikan penghormatan dan doa bagi rekan-rekannya yang telah gugur dalam perjuangan. Hingga pada hari yang telah ditakdirkan, 27 September 2024, Allah memutuskan bahwa saatnya Sayyid Nasrallah bergabung dalam kafilah para syuhada, meninggalkan sebuah komunitas yang tetap setia untuk melanjutkan perjuangan tanpa dirinya.
 
Sebesar apapun peran "Sayyid" – sebutan yang digunakan rakyat perlawanan untuk Sayyed Nasrallah – dalam perjalanan ini, penting bagi kita untuk menelusuri kehidupan dan warisan mereka yang pernah berjuang di sisinya. Yang pertama dan utama, Sheikh Ragheb Harb, Syekh para Martir Perlawanan Islam, yang kehidupannya telah terukir di bebatuan perbukitan dan lembah Jabal Amel, Lebanon Selatan.
 
Sheikh Ragheb Harb
Perannya sesederhana hidupnya—di masa ketika Perlawanan Islam hanya terdiri dari segelintir pejuang muda yang terinspirasi, ingin membebaskan tanah mereka dari penjajahan keji dan menemukan ketenangan dalam kata-kata para ulama seperti Sheikh Ragheb Harb.
 
Sheikh, yang menyelesaikan studinya di antara para ulama terkemuka di kota suci Najaf, Irak, memutuskan bahwa tempat terbaik untuk mengabdikan ilmunya adalah di tengah rakyatnya. Perjuangan mereka melawan penjajah yang jauh lebih kuat hanya bisa dimenangkan dengan pemikiran yang jernih dan keyakinan yang teguh.
 
Warisan sang syahid terus dikenang melalui keteguhan rakyatnya dalam menghadapi musuh. Bahkan hingga kini, ketika tentara pendudukan menginjak tanah suci desa-desa perbatasan, rakyat Sheikh Harb keluar dalam jumlah besar tanpa senjata, meneriakkan kata-kata penolakan yang pernah ia lantangkan dalam pidato-pidatonya.
 
Kedekatan Sheikh Ragheb dengan komunitasnya membuat musuh Zionis menempatkannya sebagai target utama. Pada malam 16 Februari 1984, kaki tangan musuh menembaknya di hadapan keluarga dan sahabatnya melalui tembakan sniper, mengakhiri hidupnya, namun bukan perjuangannya.
 
Sayyid Abbas Al-Mousawi
Seorang ulama besar lainnya yang juga bersinar sebagai pemimpin teladan adalah Sayyid Abbas Al-Mousawi. Jika Sheikh Ragheb Harb menyebarkan pesan perlawanan di selatan, Sayyid Abbas menggalang rakyat heroik Lembah Bekaa di bawah panji yang sama.
Sayyid Abbas, Sekretaris Jenderal kedua Hezbollah, adalah sosok yang merekatkan perlawanan di Baalbek dan Bekaa. Sebagai ulama pertama yang menanamkan pentingnya shalat Jumat berjamaah di masjid-masjid Baalbek, ia menggunakan kesempatan tersebut untuk menjelaskan kepada massa tentang bahaya Zionis yang semakin mendekat dari selatan.
Kata-kata inspirasional dan kehadirannya di medan pertempuran menanam benih bagi komunitas yang kini tetap menjadi salah satu benteng utama melawan penindasan Zionis.
 
Sebagai pemimpin yang tidak kenal takut, Sayyid Abbas pun menjadi target pembunuhan Zionis. Delapan tahun setelah pembunuhan Sheikh Ragheb, pasukan musuh melancarkan serangan pengecut melalui bombardir helikopter terhadap konvoinya. Ia gugur sebagai syahid bersama keluarganya dan empat orang lainnya yang menemaninya dalam acara tahunan mengenang Sheikh Ragheb.
 
Hajj Imad Moghniyah
Pemimpin ketiga yang menerangi jalan perjuangan sambil tetap berada dalam bayang-bayang adalah Hajj Imad Moghniyah. Sosok legendaris ini menjadi momok bagi musuhnya hingga mendapatkan berbagai julukan dari Amerika dan Zionis: “Machiavellian”, “Mastermind”, “Abu Dukhan (Bapak Asap)”, dan “Orang Paling Berbahaya di Dunia”.
 
Selama lebih dari 25 tahun, Hajj Imad menunjukkan kejeniusan strategi Hezbollah dalam mengusir imperialisme Amerika dan agresi Zionis dari tanah Lebanon. Banyak pihak di dunia Barat berpendapat bahwa operasi-operasinya bertanggung jawab atas penghapusan kehadiran militer Amerika di Lebanon dan menjadi faktor utama dalam membebaskan selatan dari pendudukan Zionis.
 
Warisan Para Pemimpin Perlawanan
Para pemimpin besar Hezbollah telah meninggalkan warisan yang lebih dalam dari akar pohon tertua, menggema lintas generasi sebagai bukti keberanian dan pengabdian tanpa batas. Mereka tetap teguh menghadapi penindasan, memilih tugas di atas kenyamanan, prinsip di atas ketakutan, dan tanah air di atas kepentingan pribadi.
 
Warisan mereka kini telah menyatu dengan jiwa tanah yang mereka pertahankan, menginspirasi rakyat perlawanan untuk bangkit dengan semangat martabat dan patriotisme yang tak tergoyahkan.
 
Tahun ini, Hari Para Pemimpin Martir tiba dengan pemimpin baru yang bergabung dalam kafilah kesyahidan – Sayyid Hasan Nasrallah, pemimpin tak tertandingi dan martir paling suci. Seperti matahari yang tenggelam hanya untuk terbit kembali, rohnya akan bersinar melalui hati mereka yang akan melanjutkan perjuangan ini hingga Al-Quds terbebas. Kini, ia berjalan di antara legenda-legenda abadi, menerangi jalan menuju kebebasan.[IT/r]
 
 
Comment