Sabahi: Sayyid Nasrallah Pimpin Umat untuk Membebaskan TanahAir, Raih Kemenangan
Story Code : 1191664
Hamdeen Sabahi, Secretary-General of the Arab National Conference
Sebagai bagian dari liputan khusus berjudul "Sayyid Umat," atau "Pemimpin Bangsa-Bangsa Islam," Al Mayadeen mengundang Hamdeen Sabahi, sekretaris jenderal Konferensi Nasional Arab, yang berbicara tentang syahid Sayyid Hassan Nasrallah, mantan sekretaris jenderal Hizbullah, dan dampaknya terhadap wilayah tersebut.
Sabahi menegaskan bahwa syahid Sayyid Nasrallah adalah pilar Poros Perlawanan, dengan mencatat bahwa ketidakhadirannya sangat terasa dan bahwa mengisi kekosongan yang ditinggalkannya akan membutuhkan waktu. Politisi Mesir itu memuji Sayyid Nasrallah karena memungkinkan Umat untuk "memiliki kekuatan pencegah terhadap musuhnya, membebaskan tanahnya, dan meraih kemenangan."
Ia lebih jauh menyoroti tekad kuat mendiang pemimpin Perlawanan Lebanon untuk menghadapi "tirani Zionis dan Amerika."
Menurut Sabahi, Sayyid Nasrallah "memahami sifat musuh kolonial ekspansionis dan menyadari bahwa pemindahan adalah salah satu mekanisme yang diadopsi oleh proyek agresif ini."
Ia menekankan bahwa Sayyed Nasrallah "menyajikan model perang pascakonvensional yang paling luar biasa" sejak 1973.
Ia menyatakan bahwa "bangsa memilih Sayyid Nasrallah, dan kepemimpinannya merupakan tindakan pengabdian yang mendalam yang dikaitkan dengan seorang pria yang menjadi simbol."
Politikus itu menambahkan bahwa "ia akan tetap ada selama orang-orang Arab bertahan, selama martabat dijunjung tinggi, dan selama jalannya diikuti hingga Palestina terbebas."
Mesir dan Sayyid Nasrallah
Mengenai hubungan Mesir dengan Sayyid Nasrallah, Sabahi mencatat bahwa "Warga Mesir sangat mencintainya," seraya menunjukkan bahwa ia termasuk di antara sedikit orang yang citranya dimunculkan di alun-alun Mesir dan di Masjid al-Azhar setelah tahun 2006.
Sementara itu, menurut Sabahi, "Warga Mesir memiliki tempat yang mendalam di hati, pikiran, dan kesadaran Sayyed Nasrallah yang syahid, dan ia mengungkapkan sentimen ini dalam banyak kesempatan."
Ia lebih lanjut mengingat bahwa Umat bersatu di sekitar Sayyed Nasrallah, dengan citranya dimunculkan di mana-mana setelah kemenangan besar pada tahun 2006.
"Musuh-musuh Mesir adalah musuh yang sama yang dihadapi Sayyid Hassan Nasrallah, karena tidak ada musuh yang lebih besar bagi Mesir daripada musuh Zionis," tegas Sabahi.
Menyinggung perkembangan di Gaza setelah perang, sekretaris jenderal Konferensi Nasional Arab memuji sikap resmi Mesir dalam menolak pemindahan warga Palestina, menyerukan persatuan nasional di sekitar posisi ini.
Kesamaan dengan Abdel Nasser Sabahi juga menarik persamaan antara syuhada Sayyed Nasrallah dan mendiang pemimpin Mesir Gamal Abdel Nasser, dengan menyatakan bahwa komitmen bersama mereka terhadap Palestina merupakan kesamaan yang menentukan.
"Panji yang dikibarkan oleh Abdel Nasser sama dengan yang dikibarkan oleh Sayyed Nasrallah—panji pembebasan Palestina," katanya.
Politisi Mesir tersebut menegaskan bahwa hubungan antara Arabisme dan Islam tidak dapat dipisahkan, sebuah prinsip yang tercermin dengan jelas dalam pemikiran dan pengalaman Abdel Nasser dan Sayyid Nasrallah. "Seperti Abdel Nasser, Sayyid Nasrallah sangat berkomitmen terhadap kaum miskin, kaum terpinggirkan, dan kaum tertindas," pungkasnya. [IT/r]