Forensic Architecture: Rencana Pemimpin Arab untuk Gaza Menyerupai Desain Israel
Story Code : 1195858
People live in tents amid the destruction of the Israeli air and ground offensive in Jabaliya, Gaza Strip
Forensic Architecture, sebuah kelompok penelitian yang mengkhususkan diri dalam investigasi hak asasi manusia, menyatakan keprihatinannya terhadap rencana rekonstruksi Gaza yang diajukan oleh para pemimpin Arab dalam KTT 4 Maret. Kelompok ini menilai bahwa rencana tersebut sejalan dengan kehancuran sistematis yang dilakukan oleh pendudukan Israel di Jalur Gaza.
Rencana ini, yang telah mendapat dukungan dari Dewan Eropa, mencakup zona penyangga (buffer zone), koridor keamanan, dan rute serangan, yang semuanya sesuai dengan pola penghancuran yang dilakukan oleh Zionis Israel di Gaza selatan, tengah, dan utara, serta di sepanjang perbatasan dengan wilayah Palestina yang diduduki.
Komponen Utama Rencana Rekonstruksi yang Diajukan Mesir
Rencana utama yang diusulkan Mesir terdiri dari tiga komponen utama:
1. Zona Penyangga (Buffer Zone)
Sejak Oktober 2023, Zionis Israel telah menghancurkan semua bangunan dalam radius 1.000 hingga 1.500 meter dari perbatasan Gaza, menargetkan warga Palestina yang memasuki area tersebut.
Rencana rekonstruksi baru ini memasukkan zona penyangga ke dalam desainnya, secara tidak langsung melegitimasi penghapusan lingkungan bersejarah dan politis seperti Jabalia dan Shujaiyya.
Wilayah-wilayah ini kini dikategorikan ulang untuk kepentingan pertanian, investasi, dan industri, semakin memperkuat perubahan demografi dan wilayah yang dipaksakan oleh Zionis Israel.
2. Koridor Keamanan
Proposal ini juga mencakup penguatan penghalang militer Zionis Israel sepanjang enam kilometer di lembah Gaza serta perluasan zona penyangga di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir.
Langkah ini berpotensi mengukuhkan pembagian de facto wilayah Palestina di Gaza.
3. Rute Serangan (Raid Routes)
Dalam 17 bulan terakhir, Forensic Architecture telah mengidentifikasi 13 rute serangan militer Israel yang menghubungkan basis-basis Zionis Israel di timur pagar perbatasan Gaza hingga ke dalam wilayah Jalur Gaza.
Rencana Mesir mencakup perluasan rute ini hingga ke laut, yang berpotensi memungkinkan Israel membelah Gaza kapan pun dan melakukan serangan lebih lanjut.
Forensic Architecture: Rencana Ini Mendukung Kontrol Populasi dan Operasi Militer
Forensic Architecture memperingatkan bahwa arsitektur dan perencanaan kota telah lama digunakan sebagai alat untuk kontrol populasi dan operasi kontra-pemberontakan.
Mereka menyoroti bahwa Israel secara historis telah menghancurkan kamp pengungsi Palestina dan lingkungan yang padat penduduk, karena tata letaknya memberikan keuntungan pertahanan bagi warga Palestina terhadap teknologi militer superior Zionis Israel.
Sebaliknya, rencana rekonstruksi yang diusulkan ini memperkenalkan blok-blok perumahan modern, yang lebih mudah diawasi dan diserang oleh Zionis Israel.
Temuan ini memicu kritik baru terhadap respons internasional terhadap rekonstruksi Gaza pasca perang, dengan kekhawatiran bahwa rencana tersebut justru melanjutkan tujuan militer Zionis Israel, alih-alih menuju kedaulatan Palestina.
Mesir Ungkap Rencana Rekonstruksi Gaza
Pada Selasa (11/3), saluran televisi Al-Qahera Al-Ikhbariya menerbitkan rencana rekonstruksi Gaza versi Mesir, yang akan disajikan kepada para pemimpin Arab dalam KTT darurat di Kairo.
Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, sebelumnya menyatakan bahwa rencana ini dirancang untuk menjamin martabat dan hak rakyat Palestina dan akan diajukan pada 4 Maret.
Menurut Abdelatty, rencana rekonstruksi ini tidak akan sepenuhnya menjadi inisiatif Mesir atau Arab, tetapi akan mencakup dukungan dan pendanaan internasional agar dapat diimplementasikan secara efektif.
"Kami akan mengadakan pembicaraan intensif dengan negara-negara donor utama setelah rencana ini diadopsi dalam KTT Arab mendatang," ujarnya dalam konferensi pers bersama Komisioner Uni Eropa untuk Mediterania, Dubravka Suica.
Komponen Tambahan dalam Rencana Rekonstruksi Mesir
*Pembentukan Komite Administrasi Gaza untuk mengawasi pemerintahan di Gaza selama enam bulan dalam periode transisi.
*Komite ini bersifat independen, terdiri dari teknokrat non-partisan, dan akan beroperasi di bawah pemerintahan Palestina.
*Pelatihan pasukan polisi Palestina oleh Mesir dan Yordania, sebagai persiapan untuk penempatan mereka di Gaza.
*Mobilisasi dukungan politik dan finansial untuk mendukung upaya pelatihan pasukan keamanan Palestina oleh Mesir dan Yordania. [IT/r]