Irak Sebut Telah Membunuh ‘Salah Satu Teroris Paling Berbahaya’ di Irak dan Dunia
Story Code : 1196454
Soldiers with Iraq's elite counterterrorism forces secure houses and streets during fighting against Islamic State militants in Mosul, Iraq
Pasukan keamanan Irak telah berhasil menghabisi seorang pemimpin senior kelompok Islamic State (IS) yang bertanggung jawab atas "operasi luar negeri", seperti yang dikonfirmasi oleh Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani pada hari Jumat (14/3).
Meskipun Irak telah mengumumkan kemenangan atas IS pada tahun 2017, sel-sel kelompok teroris tersebut masih tetap aktif, sesekali melancarkan serangan terhadap pasukan militer dan kepolisian Irak.
Abdallah Makki Muslih al-Rufayi, yang digambarkan oleh al-Sudani sebagai "salah satu teroris paling berbahaya di Irak dan dunia", telah dikenai sanksi oleh Amerika Serikat pada tahun 2023. Ia adalah pemimpin IS untuk provinsi Suriah dan Irak, serta mengawasi operasi luar negeri kelompok tersebut, menurut keterangan Perdana Menteri Irak.
Operasi Intelijen Irak Didukung Koalisi AS
Meskipun al-Sudani tidak merinci kapan al-Rufayi tewas, ia memuji operasi intelijen Irak yang dilakukan dengan koordinasi bersama koalisi pimpinan AS di Irak.
"Rakyat Irak terus meraih kemenangan luar biasa melawan kekuatan kegelapan dan terorisme," tulis al-Sudani dalam sebuah unggahan di X.
"Kami mengucapkan selamat kepada Irak, rakyat Irak, dan seluruh bangsa yang mencintai perdamaian atas pencapaian keamanan yang luar biasa ini," tambahnya.
Serangan terhadap Komandan IS Lainnya
Pada Oktober lalu, Baghdad juga melaporkan pembunuhan sembilan komandan IS, termasuk Jassim al-Mazrouei Abu Abdel Qader, yang merupakan gubernur IS untuk Irak, menurut laporan dari Komando Operasi Gabungan Irak.
Saat ini, sekitar 2.500 tentara AS masih ditempatkan di Irak, meskipun pemerintah Irak mengklaim pasukannya sudah mampu mengatasi ancaman teroris secara mandiri.
Pada akhir September, AS dan Irak mengumumkan bahwa koalisi internasional akan mengakhiri misi militernya di Irak dalam waktu satu tahun, sementara di wilayah Kurdistan yang otonom, misi tersebut akan berakhir pada September 2026.[IT/r]