0
Tuesday 18 March 2025 - 09:10
Iran vs Hegemoni Global:

IRGC Hadapi Pesawat Mata-Mata AS, Angkatan Udara Iran Siap Tembak Jatuh Pesawat Musuh

Story Code : 1197015
US-AirForce-F-16-jet-is-on-display-during-the-Paris-Air-Show-in-Le-Bourget_-north-of-Paris
US-AirForce-F-16-jet-is-on-display-during-the-Paris-Air-Show-in-Le-Bourget_-north-of-Paris
Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC Aerospace Force) mengancam bahwa Iran akan menembak jatuh setiap pesawat musuh yang memasuki wilayah udaranya, baik berawak maupun nirawak, serta memperingatkan musuh agar tidak melakukan provokasi.
 
Angkatan Udara Iran mengungkapkan bahwa mereka telah menghadapi pesawat mata-mata AS di dekat wilayah udara Iran dengan menggunakan jet tempur F-14 serta drone pengintai Iran.
 
Angkatan bersenjata Iran menegaskan bahwa mereka siap melakukan "serangan keras terhadap kepentingan musuh di Timur Tengah jika menghadapi agresi."
 
Peringatan dari Komandan IRGC
Dalam konteks yang terkait, Komandan IRGC, Mayor Jenderal Hossein Salami, pada hari Minggu (16/3) lalu memperingatkan semua musuh Iran bahwa "setiap ancaman yang direalisasikan dalam tindakan akan dibalas dengan respons tegas dan menghancurkan dari Iran."
 
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Sayyed Ali Khamenei, pada hari Rabu menolak ancaman AS terhadap Republik Islam sebagai "tidak bijaksana," setelah Presiden AS Donald Trump mengirimkan surat kepadanya yang mendesak negosiasi, tetapi juga memperingatkan kemungkinan aksi militer jika Teheran menolak.
 
"AS mengancam dengan militerisme. Menurut saya, ancaman ini tidak bijaksana," ujar Sayyed Khamenei dalam pertemuan Ramadhan dengan mahasiswa universitas. "Iran mampu membalas dan pasti akan memberikan pukulan keras."
 
Surat Trump ke Iran
Komentar ini muncul setelah media Iran melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, telah menerima surat dari Trump yang dikirim melalui pejabat senior Uni Emirat Arab, Anwar Gargash. Namun, Sayyid Khamenei menyatakan bahwa ia belum menerima surat itu secara langsung dan menggambarkannya sebagai "upaya menipu opini publik dunia" dengan menggambarkan AS seolah-olah terbuka untuk dialog, sementara Iran dituduh enggan bernegosiasi.
 
"Kami telah duduk dan bernegosiasi selama bertahun-tahun, dan orang yang sama ini membuang perjanjian yang sudah selesai, ditandatangani, dan disepakati," ujar Sayyid Khamenei, merujuk pada keputusan Washington untuk keluar dari kesepakatan nuklir 2015 pada masa jabatan pertama Trump.
 
Sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari, Trump menyerukan perjanjian nuklir baru dengan Tehran sambil menerapkan kembali kebijakan sanksi "tekanan maksimum", dengan alasan bahwa Iran berupaya mengembangkan senjata nuklir.
Namun, Tehran membantah tuduhan tersebut dan menolak melakukan pembicaraan langsung selama sanksi masih diberlakukan.[IT/r]
 
 
Comment