0
Tuesday 25 March 2025 - 02:54
AS dan Gejolak Palestina:

Jaksa Agung AS Sebut Demonstran Pro-Palestina sebagai ‘Teroris Domestik’

Story Code : 1198393
US Attorney General Pam Bondi in Washington, DC
US Attorney General Pam Bondi in Washington, DC
Jaksa Agung AS, Pam Bondi, menyebut para demonstran mahasiswa pro-Palestina sebagai “teroris domestik”, serta memperingatkan bahwa universitas bisa kehilangan pendanaan federal jika gagal menangani antisemitisme di kampus.
 
Berbicara kepada Fox News pada hari Minggu (23/3), Bondi menanggapi kerusuhan baru-baru ini di Universitas Columbia dan mendesak lembaga pendidikan untuk mengambil tindakan lebih tegas dalam melindungi mahasiswa Yahudi.
 
“Ini sangat absurd bahwa universitas-universitas ini tidak turun tangan untuk melindungi mereka, tetapi justru melindungi para demonstran yang saya yakini juga termasuk teroris domestik,” katanya.
 
Bondi mengklaim bahwa para demonstran “menghasut kerusuhan dan... kekerasan terhadap mahasiswa di kampus-kampus,” meskipun ia tidak memberikan contoh spesifik.
 
“Kami akan menarik [pendanaan] dari setiap universitas jika kalian tidak mematuhi hukum,” tegas Bondi, mengacu pada kebijakan administrasi Presiden Donald Trump yang menarik $400 juta dana dari Universitas Columbia karena gagal menghentikan pelecehan antisemit.
 
Pada bulan Februari, Departemen Kehakiman AS membentuk satuan tugas multi-lembaga yang berfokus pada pemberantasan antisemitisme, dengan prioritas utama menargetkan pelecehan di sekolah dan universitas. Pejabat mengatakan bahwa kelompok ini akan mengkoordinasikan penegakan hukum federal dan “memberantas” perilaku antisemit di kampus-kampus di seluruh negeri.
 
Gelombang Protes di Kampus AS
Gelombang protes pro-Palestina pecah tahun lalu di berbagai kampus di Amerika Serikat, dengan mahasiswa menuntut diakhirinya dukungan Washington terhadap Zionis Israel di tengah perang di Gaza.
 
Demonstrasi ini terjadi setelah serangan Hamas pada Oktober 2023 terhadap Zionis Israel, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 250 orang disandera. Sebagai tanggapan, pasukan Zionis Israel melancarkan serangan besar-besaran yang menurut Kementerian Kesehatan Gaza, telah menewaskan lebih dari 50.000 orang dan menghancurkan sebagian besar wilayah Palestina.
 
Universitas Columbia menjadi pusat utama gerakan protes ini di AS, bersama dengan UC Berkeley, Harvard, Yale, Michigan, dan Northwestern.
 
Para demonstran, termasuk mahasiswa Yahudi, berpendapat bahwa kritik terhadap kebijakan Zionis Israel bukanlah antisemitisme. Mereka menegaskan bahwa dukungan terhadap hak-hak Palestina selaras dengan nilai-nilai inti Amerika.
 
Namun, beberapa pihak di kampus mengklaim bahwa protes tersebut menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat. Sebuah satuan tugas Universitas Columbia kemudian menemukan bahwa ada “masalah serius dan luas” yang mempengaruhi mahasiswa Yahudi di kampus tersebut.[IT/r]
 
 
Comment