0
Wednesday 26 March 2025 - 07:14
Iran - AS:

Menlu Iran: Iran Sedang Mempersiapkan Respons terhadap Surat Trump

Story Code : 1198652
Iran
Iran's Foreign Minister Abbas Araghchi
“Kami belum memberikan tanggapan terhadap surat presiden AS. Respons ini sedang dipersiapkan dan akan disampaikan segera melalui saluran yang sesuai dan dalam bentuk yang tepat,” katanya dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Armenia, Ararat Mirzoyan, di Yerevan pada hari Selasa (25/3).
 
Araghchi menegaskan bahwa Iran tidak akan mengadakan pembicaraan langsung dengan pemerintahan Trump di bawah kampanye tekanan maksimum yang telah diberlakukan kembali.
 
“Kami tidak akan bernegosiasi secara langsung dengan Amerika Serikat di bawah tekanan maksimum, di mana kami menyaksikan ancaman militer dan peningkatan sanksi ekonomi dari Washington,” ujarnya.
 
Namun, Iran selalu bersedia membahas program nuklirnya untuk “menciptakan transparansi yang lebih besar” dan sudah mengadakan pembicaraan serta konsultasi dengan tiga negara Eropa dan negara-negara lain yang berkepentingan, tambahnya.
 
“Kami tidak pernah meninggalkan meja perundingan terkait program nuklir damai kami dan tidak akan melakukannya,” kata Araghchi, mengisyaratkan bahwa Iran bersedia terlibat dalam pembicaraan tidak langsung dengan Washington.
 
Menteri Luar Negeri Iran kembali menegaskan bahwa masalah regional harus diselesaikan melalui diplomasi dan dialog, serta menentang segala bentuk serangan atau konflik militer di kawasan.
 
Kebijakan Tekanan Maksimum Trump Kembali Diterapkan
Pemerintahan Trump baru-baru ini mengembalikan kebijakan tekanan maksimum, yang pertama kali diperkenalkan pada masa jabatan awal Trump pada tahun 2016.
 
Di bawah kebijakan ini, Trump menarik Amerika Serikat dari perjanjian bersejarah terkait program nuklir Iran pada tahun 2018 dan memberlakukan kembali sanksi ekonomi yang melumpuhkan terhadap Tehran.
 
Kesepakatan nuklir 2015, yang ditandatangani antara Iran dan kekuatan dunia, membuat Teheran bersedia membatasi sementara aktivitas nuklirnya sebagai langkah membangun kepercayaan dengan imbalan penghapusan sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh Barat.
 
Pada 7 Maret, Trump mengumumkan bahwa ia telah mengirim surat kepada Iran mengajak negosiasi nuklir dan mengancam tindakan militer.
 
Surat itu dikirim ke Teheran pada 12 Maret melalui penasihat kepresidenan Uni Emirat Arab, Anwar Gargash.
 
Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, Ayatollah Sayyied Ali Khamenei, menanggapi pada 21 Maret, dengan mengatakan bahwa ancaman AS “tidak akan membawa hasil” dan memperingatkan bahwa Iran akan mengambil tindakan balasan jika AS melakukan hal-hal yang merugikan Iran.
 
Ia juga menolak upaya Trump untuk bernegosiasi, menuduhnya mencoba menipu opini publik global dengan menampilkan AS sebagai pihak yang bersedia berunding, sementara menggambarkan Iran sebagai pihak yang tidak mau berdialog.
 
Iran Sambut Baik Kesepakatan Armenia-Azerbaijan
Dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri Iran juga menyambut baik kesepakatan mengenai teks perjanjian damai antara Armenia dan Azerbaijan, serta mendorong kedua negara untuk segera menandatangani perjanjian tersebut guna memperkuat perdamaian, stabilitas, dan kerja sama ekonomi di kawasan.
 
Ia menegaskan kembali dukungan Iran terhadap kemerdekaan dan integritas wilayah negara-negara regional, serta menolak setiap perubahan batas internasional atau pergeseran geopolitik di kawasan.
 
Selain itu, Araghchi menyatakan bahwa Iran mendukung kerja sama ekonomi, termasuk pembukaan jalur transit, selama langkah-langkah tersebut menghormati kedaulatan nasional dan integritas wilayah masing-masing negara.
Pembicaraan antara Iran dan Armenia juga mencakup fasilitasi transportasi dan perdagangan, dengan kesepakatan yang dicapai mengenai pengurangan biaya serta peningkatan infrastruktur, termasuk pembangunan jembatan baru di atas Sungai Aras.[IT/r]
 
 
Comment