0
Thursday 27 March 2025 - 02:48
Hari Al Quds Dunia:

Komandan Pasukan Quds: Iran Akan Terus Berdiri Bersama Palestina Melalui Operasi Militer

Story Code : 1198798
General Esmaeil Qa’ani, the commander of the Quds Force of the Islamic Revolution Guards Corps (IRGC)
General Esmaeil Qa’ani, the commander of the Quds Force of the Islamic Revolution Guards Corps (IRGC)
Jenderal Esmaeil Qa’ani menyampaikan pernyataan ini pada hari Rabu (26/3) dalam acara "Manbar al-Quds", yang menampilkan pidato dari beberapa pemimpin Perlawanan dalam rangka Hari Internasional Al-Quds.
 
Qa’ani memuji "Operasi Badai Al-Aqsa" pada tahun 2023 yang dilakukan oleh Hamas, menyebutnya sebagai "kombinasi antara perlawanan di medan perang dan perlawanan rakyat".
 
Ia mengatakan bahwa operasi tersebut telah memperkenalkan fenomena baru berupa persatuan di antara front perlawanan, yang menunjukkan kekuatan dan solidaritas pasukan perlawanan.
 
Komandan Pasukan Quds ini menegaskan kembali dukungan Iran yang tak tergoyahkan terhadap front perlawanan, dan menekankan bahwa dukungan ini akan "terus berlanjut hingga tujuan akhir pembebasan Al-Quds tercapai".
 
‘Badai Al-Aqsa Adalah Titik Balik’
Pemimpin Hamas, Khalil al-Hayya, menyatakan bahwa fase saat ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Palestina.
 
Ia mengatakan bahwa Perlawanan, melalui Operasi Banjir Al-Aqsa, telah secara permanen mengubah dinamika perjuangan Palestina.
 
Menurutnya, operasi ini telah membuktikan kemampuan Perlawanan untuk mengambil inisiatif dan melancarkan serangan, serta mengungkap kegagalan keamanan dan militer entitas Zionis.
 
Meskipun mengalami berbulan-bulan pembunuhan, terorisme, dan kehancuran yang didukung penuh oleh Washington, pendudukan tetap gagal mematahkan semangat rakyat Palestina, ujarnya.
 
Menurut Hayya, Operasi Banjir Al-Aqsa diluncurkan untuk melawan upaya rezim Zionis dalam menguasai sepenuhnya Al-Quds dan Al-Aqsa, sebagai bagian dari strategi lebih luas untuk dominan secara politik, ekonomi, dan militer.
 
Ia menegaskan bahwa Perlawanan telah berhasil memperlihatkan sifat asli pendudukan sebagai musuh utama dunia Muslim.
 
Perjuangan yang sedang berlangsung, kata Hayya, telah menciptakan dinamika kekuatan regional baru, menyatukan pejuang dari Palestina, Lebanon, Irak, Yaman, dan Iran dalam satu front melawan pendudukan.
 
Sementara itu, Hayya juga mengatakan bahwa orang-orang merdeka di seluruh dunia telah bersatu mengecam agresi Israel, menolak dukungan AS terhadap kejahatan Zionis, serta mengecam aksi terorisme yang dilakukan oleh pendudukan yang tidak menghormati nilai-nilai etika dan kemanusiaan.
 
Hayya menyerukan kepada dunia Arab dan Islam untuk mengambil sikap tegas, dengan menyatakan bahwa waktunya telah tiba untuk mematahkan kesunyian yang selama ini dimanfaatkan oleh pendudukan guna melanjutkan agenda ekspansionisnya di kawasan.
 
"Adalah kewajiban seluruh umat Muslim untuk membela Al-Aqsa dan mendukung rakyat Gaza serta Palestina dalam perjuangan mereka," tegasnya.
 
"Kompromi terhadap bahkan satu inci pun dari Al-Aqsa adalah pengkhianatan terhadap agama, bangsa, dan pengorbanan para syuhada," ujar Hayya.
 
"Pembebasan Al-Quds bukan hanya sekadar tujuan politik, tetapi kepastian sejarah dan agama, apa pun rintangan yang menghadang," katanya.
 
‘Al-Quds Adalah Faktor Pemersatu Umat Muslim’
Sekretaris Jenderal Jihad Islam Palestina, Ziad al-Nakhalah, menyatakan bahwa rakyat Palestina adalah salah satu yang terkuat di dunia, dan bahwa Al-Quds berfungsi sebagai kekuatan pemersatu bagi umat Muslim.
 
"Rakyat kami telah menunjukkan kekuatan mereka dan tidak bergeming menghadapi konspirasi global. Al-Quds selalu menjadi senjata terbesar di dunia," katanya.
 
Nakhalah memberikan penghormatan kepada para syuhada dari Operasi Banjir Al-Aqsa, dengan menyatakan bahwa "mereka adalah pria-pria pemberani yang bertempur melawan musuh dengan keberanian tak tertandingi".
 
Menurutnya, para syuhada ini "telah membuktikan kebenaran janji mereka kepada Tuhan dan kepada para pendukung Perlawanan".
 
"Meskipun banyak pengorbanan, ikatan persatuan di dalam Perlawanan di kawasan ini tidak akan pernah terputus. Rakyat Palestina akan tetap berdiri teguh di tanah mereka dan tidak akan menerima apa pun selain hak atas tanah mereka sendiri," tegasnya.
 
‘AS Berusaha Menghapus Perjuangan Palestina’
Sekretaris Jenderal Hezbollah, Sheikh Naim Qassem, mengatakan bahwa Amerika Serikat sedang mencoba untuk membongkar perjuangan Palestina melalui Zionis Israel.
 
Namun, Sheikh Qassem menegaskan bahwa kaum mukminin tidak akan membiarkan hal ini terjadi.
 
Menurutnya, Palestina telah berada di bawah pendudukan selama lebih dari 75 tahun, namun Israel tetap gagal menghapus identitas Palestina.
 
"Operasi Banjir Al-Aqsa dilakukan untuk mengubah persamaan. Cahaya perjuangan Palestina bersinar sebagai mercusuar kebenaran di dunia, yang tidak akan bisa dipadamkan," ujarnya.
 
Sheikh Qassem mengatakan bahwa kejahatan-kejahatan Zionis Israel telah mengungkapkan jati diri sebenarnya dari rezim Zionis.
 
"Rezim Zionis sedang menghadapi krisis eksistensial dan tidak dapat mempertahankan kehadirannya melalui pendudukan," katanya.
 
Sheikh Qassem memuji keteguhan rakyat Palestina, meskipun lebih dari 50.000 warga Palestina telah gugur sebagai syuhada dan lebih dari 100.000 lainnya terluka di Gaza.
 
Pemimpin perlawanan Lebanon ini juga menyinggung rencana AS untuk memindahkan penduduk Gaza, yang menurutnya "sangat berbahaya".
 
"Rencana ini bertujuan untuk mengakhiri perjuangan Palestina, mengusir rakyat Palestina, menduduki wilayah Lebanon, Suriah, Mesir, dan Yordania, serta mendominasi Asia Barat sesuai dengan desain Barat," katanya.
 
Namun, Sheikh Qassem menegaskan bahwa pengorbanan dan perlawanan yang terus berlanjut akan menggagalkan skema ini.
 
"Kami yakin sepenuhnya bahwa kemenangan akan menjadi milik kaum mukminin," tegasnya.
 
Houthi: Berkolaborasi dengan AS Adalah Pengkhianatan terhadap Umat Muslim
Pemimpin Gerakan Ansarullah Yaman, Abdul-Malik al-Houthi, juga memperingatkan bahwa agresi Zionis Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat, bertujuan untuk membongkar perjuangan Palestina.
 
"Tindakan Zionis, termasuk pembantaian massal, penghancuran infrastruktur, kelaparan, dan kehausan, dengan jelas menunjukkan upaya mereka untuk secara paksa mengusir rakyat Palestina," katanya.
 
Houthi menyerukan negara-negara Arab untuk mengambil "sikap berani dan historis" guna mencegah pengusiran rakyat Palestina dan menolak normalisasi dengan Zionis Israel.
 
Ia menegaskan bahwa pengusiran ini hanya bisa berhasil dengan keterlibatan beberapa negara Arab tertentu.
 
"Jika musuh Zionis berhasil mengusir rakyat Palestina, maka target berikutnya adalah negara-negara tetangga Palestina dan dunia Arab yang lebih luas," katanya.
 
Pemimpin Ansarullah ini mendesak seluruh umat Muslim untuk berdiri teguh melawan ekspansionisme Zionis Israel dan menolak kekalahan psikologis serta keputusasaan.
 
Meskipun menghadapi serangan dari AS, Houthi menegaskan bahwa Yaman tidak akan mundur dan akan terus melancarkan operasi untuk mendukung rakyat Palestina.[IT/r]
 
 
Comment