Kepala Bank Sentral Israel Tantang Anggaran Netanyahu
Story Code : 1198801
Amir Yaron, Governor of the Bank of Israel, is introduced at the 24th Jacques Polak Research Conference at the International Monetary Fund in Washington, United States
Gubernur Bank Sentral Zionis Israel, Amir Yaron, secara terbuka mengkritik anggaran pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam laporan yang diterbitkan pada hari Rabu (26/3), dengan menyatakan bahwa anggaran tersebut tidak akan mampu menurunkan utang nasional, yang telah meningkat tajam setelah 18 bulan perang.
Rencana pengeluaran yang disetujui oleh Knesset pada hari Selasa (25/3) menerapkan “langkah-langkah penyesuaian signifikan tahun ini, terutama di sisi pendapatan,” menurut Yaron. Ia menambahkan bahwa langkah-langkah ini “akan secara kasar mengimbangi peningkatan pengeluaran tetap akibat perang.”
Namun, Yaron menjelaskan bahwa langkah-langkah ini "tidak cukup untuk memastikan penurunan utang terhadap PDB secara berkelanjutan" karena sifatnya yang sementara dan adanya peningkatan belanja pemerintah yang diperkirakan akan terjadi.
Ia juga menyoroti bahwa anggaran ini seharusnya lebih berfokus pada investasi dalam pendorong pertumbuhan jangka panjang, seperti meningkatkan produktivitas, memperbaiki sistem pendidikan, serta meminimalkan hambatan bagi partisipasi tenaga kerja.
Ekonomi Israel sempat mengalami kelegaan dengan gencatan senjata di Lebanon pada November dan di Gaza pada pertengahan Januari, tetapi pecahnya kembali pertempuran serta agresi militer Zionis Israel yang baru terhadap Gaza telah menekan aset-aset Israel.
Dalam sebulan terakhir, nilai shekel turun 2,8% terhadap dolar, menjadikannya mata uang dengan kinerja terburuk kedua di dunia setelah lira Turki.
Anggaran sebesar 620 miliar shekel ($169 miliar) ini menetapkan target defisit 4,9% dari PDB, turun dari 6,8% pada tahun lalu, dan mencakup paket penyesuaian fiskal sebesar 35 miliar shekel, yang terdiri dari pajak baru serta beberapa pemotongan belanja.
“Konsekuensi jangka panjang dari perang tidak hanya terbatas pada kebijakan fiskal,” ujar Yaron, menekankan bahwa "dampaknya juga bisa tercermin dalam premi risiko ekonomi serta peringkat kredit Israel seiring waktu."
Ekonomi Zionis Israel Mandek: Pertumbuhan 0,7%, Inflasi 3,6%
Bulan lalu, The Jerusalem Post melaporkan pada 11 Februari bahwa ekonomi Israel terus berjuang pada paruh kedua tahun 2024, seiring dengan perang di Gaza yang semakin memperdalam ketidakstabilan finansial serta mengikis kepercayaan investor.
Menurut laporan terbaru Bank Zionis Israel mengenai stabilitas keuangan, risiko makroekonomi tetap tinggi meskipun terdapat perbaikan kecil dalam kredit dan harga aset.
Penilaian risiko dari Bank Sentral, yang mengevaluasi eksposur sistem keuangan Israel terhadap tantangan makroekonomi, menemukan bahwa ketidakstabilan ekonomi masih berlanjut akibat situasi keamanan.
Laporan tersebut juga menyoroti dampak perang terhadap persepsi global terhadap ekonomi Zionis Israel, yang mempengaruhi bisnis, keuangan pemerintah, serta biaya pinjaman.
Temuan ini sejalan dengan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF), yang baru-baru ini menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB Israel untuk tahun 2024 menjadi 0,7%, dengan alasan konflik regional dan ketidakpastian tinggi sebagai faktor utama.
Meskipun ada sedikit pertumbuhan PDB setelah kontraksi pada akhir 2023, ekonomi Israel masih belum kembali ke jalur yang diharapkan.
"Indeks Komposit Kondisi Ekonomi, yang menunjukkan tingkat aktivitas ekonomi, tetap lemah pada Oktober dan November," kata Bank Israel, mencatat bahwa kondisi ekonomi tetap sulit.
Sementara itu, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memprediksi bahwa PDB Zionis Israel akan tumbuh sebesar 2,4% pada tahun 2025 dan 4,6% pada tahun 2026, terutama didorong oleh peningkatan belanja militer serta permintaan pemerintah.
Meningkatnya upaya pemerintah dalam menggalang dana serta kenaikan imbal hasil obligasi mencerminkan kekhawatiran investor.
Selain itu, lembaga pemeringkat kredit Moody’s baru-baru ini menurunkan peringkat kredit Israel dari A2 ke Baa1, memperingatkan bahwa perang yang berkepanjangan dapat terus membebani ekonomi Zionis Israel.[IT/r]