0
Monday 21 April 2025 - 03:06
Gejolak Zionis Israel:

Media Israel: Netanyahu "Mandi Air Dingin" di Washington

Story Code : 1203825
Israeli Activists take part in a performance against Benjamin Netanyahu
Israeli Activists take part in a performance against Benjamin Netanyahu
Pernyataan "khusus" Netanyahu yang sangat dinanti-nantikan dan disampaikan pada Sabtu (19/4) malam justru menuai kecaman tajam. Kritikus menuduhnya melakukan manipulasi politik dan menunda kesepakatan pembebasan sandera demi keuntungan strategis. Pidato yang diumumkan sebelumnya dan ditunggu-tunggu publik serta keluarga sandera itu ternyata hanya berisi retorika kabur dan slogan lama soal “kemenangan total.”
 
Dijuluki sebagai pidato yang hampa dan menyesatkan oleh para komentator, Netanyahu diduga berusaha merebut kembali kendali atas agenda nasional, terutama di tengah meningkatnya ketidakpuasan dari basis pendukung tradisionalnya. Dalam kritik tajamnya, komentator Maariv, Ben Caspit, menyebut pernyataan Netanyahu sebagai upaya untuk “menghangatkan mie dingin”—mengulang slogan lama tanpa tindakan nyata.
 
Dalam pidatonya, Netanyahu menyatakan, “Saya tidak akan menyerah kepada para pembunuh yang melakukan pembantaian paling mengerikan terhadap bangsa Yahudi sejak Holocaust, karena penyerahan seperti itu akan membahayakan keamanan negara dan Anda.” Namun, Caspit menyoroti kemunafikan pernyataan tersebut, mengingat Netanyahu sendiri pernah menyetujui pembebasan pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, dan ratusan tahanan Palestina lainnya dalam kesepakatan sebelumnya.
 
Keluarga sandera kehilangan kepercayaan pada janji pemerintah
Salah satu kritikus paling vokal berasal dari Forum Tikva, yakni keluarga para sandera, yang semakin kecewa dengan cara pemerintah menangani krisis. Beban emosional semakin berat karena janji Netanyahu yang tidak jelas dan taktik penundaan yang terlihat disengaja, menurut Caspit.
 
Caspit berargumen bahwa Netanyahu telah “mengorbankan para sandera dengan darah dingin” demi menjaga koalisi politiknya tetap utuh, terutama dengan menghindari fase kedua dari kesepakatan pembebasan sandera karena tekanan dari menteri sayap kanan seperti Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir.
 
Sumber yang dekat dengan negosiasi mengindikasikan bahwa Netanyahu sengaja menunda pelaksanaan fase kedua dari kesepakatan yang ia dukung sendiri, padahal fase itu berpotensi mengembalikan lebih banyak sandera. Para pengamat Israel menyatakan ini dilakukan demi mempertahankan koalisi yang bergantung pada faksi-faksi ekstremis yang menolak kompromi lebih lanjut.
 
Pada saat yang sama, Netanyahu kini mengutip permintaan Hamas atas “jaminan internasional” sebagai penghalang. Namun, Caspit menekankan bahwa Netanyahu selama ini justru mengejek jaminan internasional, dan kini hanya menggunakannya sebagai dalih untuk tidak bertindak.
 
Kasus Eli Feldstein picu skandal internal
Bersamaan dengan krisis sandera, muncul kontroversi baru terkait Eli Feldstein, mantan penasihat yang dekat dengan Netanyahu. Dalam wawancara baru-baru ini, juru bicara Netanyahu, Omer Dostry, mengklaim bahwa Feldstein telah diberhentikan dari Kantor Perdana Menteri beberapa bulan sebelum penangkapannya, seolah-olah ia bertindak sendiri.
 
Namun, pernyataan dari pengacara Feldstein, Oded Saburai dan Sion Hausman, membantah hal ini. Mereka menyatakan bahwa Feldstein tetap bekerja dekat dengan Netanyahu hingga saat penangkapannya, bahkan mengungkap ribuan pesan teks dan instruksi langsung dari pejabat senior, termasuk Netanyahu sendiri. Kasus ini menimbulkan pertanyaan tentang akuntabilitas internal dan apakah Feldstein sedang dijadikan kambing hitam untuk melindungi pihak yang lebih berkuasa.
 
Tim hukum menegaskan bahwa Feldstein menjalankan perintah atas otoritas dan izin langsung dari Netanyahu. “Semua yang dia lakukan berada di bawah otoritas dan izin Netanyahu sendiri,” kata mereka, menggambarkan klien mereka sebagai pion dalam permainan politik yang lebih besar.
 
Menurut Caspit, perkembangan ini semakin menyoroti gaya kepemimpinan Netanyahu dan cara pengambilan keputusannya dalam krisis, memperkeruh kredibilitasnya di tengah krisis sandera yang belum selesai.
 
Membongkar perubahan sikap Netanyahu dan kambing hitam politik
Dalam isu Iran, situasinya mencerminkan krisis sandera—meski tanpa adanya tawanan. Menurut Caspit, Netanyahu pulang dari Washington setelah mendapat “mandi air dingin”, ketika pihak AS justru membawa Zionis Israel ke meja negosiasi langsung dengan Iran. Semua indikasi, kata Caspit, menjauh dari model perjanjian ala Libya, dan menunjukkan bahwa AS bersedia membuat konsesi besar kepada Tehran.
 
Caspit membandingkan hal ini dengan kemarahan Netanyahu sebelumnya saat para pemimpin oposisi Naftali Bennett dan Yair Lapid berkuasa. Dulu, Netanyahu mengkritik keras langkah serupa. “Ternyata ketika dia berkuasa—lebih mudah membiarkan hal ini terjadi,” tulis Caspit, menunjukkan perubahan sikap Netanyahu demi kenyamanan politik.
 
Perhitungan politik melemahkan penanganan krisis
Caspit menyimpulkan bahwa penanganan Netanyahu terhadap krisis sandera dan skandal Feldstein mencerminkan pola yang lebih besar: mengutamakan kelangsungan politik pribadi ketimbang "kepentingan nasional." Meski kesepakatan sementara telah dicapai untuk meredakan perang di front utara—di mana “musuh menghadirkan ancaman militer lebih besar dari Hamas”—tidak ada urgensi serupa dalam menangani nasib para sandera, menurut artikel tersebut.
 
Meski Netanyahu tahu bahwa jaminan internasional tidak akan mencegah aksi militer di masa depan terhadap Hamas, ia tampaknya enggan melanjutkan pembebasan sandera dan justru memanfaatkan situasi untuk kepentingan pesan politik.
 
“Semakin waktu berlalu, semakin jelas gambaran apa yang sebenarnya terjadi. Feldstein adalah kambing hitam yang dilempar ke tebing. Sebagian besar waktu dia hanyalah agen bodoh dari pejabat senior biro, dan ketika rencana terbongkar—mereka mengorbankannya. Menurut saya, Feldstein sekarang tidak terlalu rela dikorbankan lagi,” pungkas Caspit.[IT/r]
 
 
Comment