0
Sunday 11 May 2025 - 03:35
Suriah - Turki:

Laporan: Turki dan PKK Capai Kesepakatan Rahasia untuk Akhiri Konflik Bersenjata

Story Code : 1208012
Kurdish women watch live as a Pro-Kurdish Peoples
Kurdish women watch live as a Pro-Kurdish Peoples' Equality and Democracy Party, or DEM, in Qamishli, northeastern Syria
Menurut laporan tersebut, isi kesepakatan mencakup penghentian penuh konfrontasi militer maupun politik oleh PKK, pembubaran organisasi, serta penerapan larangan total terhadap seluruh aktivitas terkait PKK di wilayah Turki, Irak, Iran, dan Suriah. Kesepakatan juga mengatur proses pelucutan senjata yang akan dikoordinasikan oleh komite bersama, dengan Dewan Kepresidenan PKK bertanggung jawab atas pelaksanaannya.

Newsat Çiçek, Pemimpin Redaksi Independent Türkçe sekaligus penulis laporan, menyatakan bahwa Turki berperan sebagai penjamin dalam konferensi tempat inisiatif ini diformalkan, bersama pihak-pihak mediasi lainnya. Ia mencatat bahwa konferensi tersebut diadakan dengan pengetahuan dan pengawasan langsung dari otoritas negara Turki.

Sehari sebelum konferensi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan memberi isyarat mengenai perkembangan ini, menyatakan bahwa “berita penting mengenai hal ini akan diumumkan dalam beberapa hari ke depan.”

Lapisan Negosiasi yang Lebih Dalam
Elemen penting lain dalam laporan ini menyangkut peran Abdullah Öcalan, pemimpin Kurdi yang saat ini dipenjara, yang dikabarkan telah bertemu dengan pimpinan PKK menjelang konferensi untuk menyampaikan proposal dari Ankara. Öcalan juga dilaporkan menyampaikan pesan video yang diputar selama acara. Berdasarkan aturan internal PKK, keputusan semacam ini harus disahkan oleh Öcalan sendiri, yang masih menjadi pemimpin historis kelompok tersebut.

Çiçek menekankan bahwa detail yang bocor hanya merupakan sebagian kecil dari negosiasi yang lebih luas dan terperinci antara Ankara, Öcalan, dan pejabat PKK yang berbasis di Pegunungan Qandil.

Sumber yang dekat dengan organisasi menyebutkan bahwa apa yang telah dipublikasikan hanya mencakup kurang dari 10% dari isi sebenarnya, yang mencakup tahapan spesifik pelucutan senjata dan masa depan politik gerakan tersebut.

Meskipun belum ada konfirmasi resmi dari pemerintah Turki maupun pihak PKK, laporan ini telah memicu spekulasi luas mengenai kemungkinan perubahan besar dalam salah satu konflik paling berdarah dan berkepanjangan di kawasan tersebut.

PKK dan Turki Sepakat Gencatan Senjata
PKK mengumumkan gencatan senjata segera pada bulan Maret, menurut kantor berita yang berafiliasi dengan kelompok tersebut, menyusul seruan pemimpinnya yang dipenjara untuk melakukan pelucutan senjata.

Langkah ini menandai kemajuan signifikan menuju akhir dari pemberontakan PKK selama empat dekade terhadap negara Turki.

Pada hari Kamis (8/5), Öcalan menyerukan agar PKK meletakkan senjata dan membubarkan diri, seruan yang mendapat dukungan baik dari pemerintah Presiden Erdoğan maupun dari partai oposisi pro-Kurdi DEM.

Jika berhasil, inisiatif ini dapat memiliki dampak besar di kawasan serta mengakhiri konflik yang telah merenggut lebih dari 40.000 nyawa sejak PKK, yang kini bermarkas di pegunungan utara Irak, meluncurkan kampanye bersenjatanya pada tahun 1984.

Dalam pernyataannya, kelompok tersebut menyatakan harapan agar Ankara membebaskan Öcalan, yang telah ditahan dalam isolasi hampir total sejak 1999, agar ia dapat mengawasi langsung proses pelucutan senjata.

SDF Tegaskan Bukan Bagian dari PKK
Meski menyambut baik seruan Öcalan, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS — dan dianggap Turki sebagai perpanjangan dari PKK — menegaskan bahwa seruan tersebut tidak berlaku bagi mereka.

Turki telah berulang kali mendesak sayap bersenjata SDF untuk melucuti senjata sejak kejatuhan Presiden Suriah Bashar al-Assad tahun lalu, dengan peringatan bahwa kegagalan untuk melakukannya akan berujung pada tindakan militer.

Seruan Öcalan, yang dipicu oleh usulan mengejutkan pada bulan Oktober dari sekutu ultranasionalis Erdoğan, telah disambut baik oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sekutu Barat lainnya, serta oleh negara-negara tetangga Turki seperti Irak dan Iran.

Sejak Öcalan dipenjara, telah dilakukan berbagai upaya untuk merundingkan akhir konflik. Pembicaraan damai terakhir runtuh pada tahun 2015, dan tidak ada keterlibatan lebih lanjut hingga Oktober 2023.[IT/r]
 
 
Comment