‘Israel’ Murka atas Idan Alexander, Kecam Perlakuan Istimewa terhadap ‘Warga Negara Ganda’
Story Code : 1208445
Israelis protest demanding the end of the war and the immediate release of captives and against Prime Minister Benjamin Netanyahu's government in Tel Aviv
Pembebasan tentara berkewarganegaraan ganda, Idan Alexander, yang telah lama dinantikan, memicu gelombang kemarahan dan frustrasi di media Zionis Israel. Para komentator terkemuka menuduh pemerintah memprioritaskan tawanan yang memiliki paspor asing sambil mengabaikan mereka yang hanya memiliki “kewarganegaraan Zionis Israel”.
Dalam kolom yang ditulis dengan nada tajam, Raanan Shaked dari Yedioth Ahronoth menyatakan,
“Perjanjian antara Hamas dan Amerika Serikat berarti bahwa jika Anda hanya memiliki kewarganegaraan Zionis Israel, jangan harap apa pun dari pemerintah Anda. Atau menggunakan frasa yang kini umum: mati saja.”
Ia melanjutkan,
“Anda tidak akan diselamatkan kecuali Anda memiliki kewarganegaraan tambahan, terutama di bawah pemerintahan Netanyahu. Itu bukan pendapat saya, itu yang ditegaskan Presiden Amerika.”
Kritik tersebut mencerminkan ketidakpuasan yang meningkat di dalam Zionis "Israel", seiring dengan pengumuman juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Obeida, bahwa kelompoknya telah memutuskan untuk membebaskan tentara Israel yang juga memegang kewarganegaraan Amerika, Edan Alexander, hari ini.
Sementara itu, keluarga dari tawanan lain menuduh pemerintah melakukan diskriminasi dan pengabaian.
Stasiun penyiaran Israel Kan mengutip Menteri Avi Dichter, sekutu dekat Netanyahu, yang berkata,
“Kami bukan bintang ke-51 di bendera Amerika, dan tujuan perang tidak berubah.”
Warga Israel: Warga Negara Ganda Diprioritaskan
Sementara itu, Channel 12 melaporkan bahwa keluarga tawanan Zionis Israel, Alon Ohil, menuntut agar pemerintah bekerja untuk membebaskannya serta seluruh tawanan yang hanya memegang “kewarganegaraan Zionis Israel.” Tuntutan ini muncul di tengah kekhawatiran yang meningkat atas prioritas terhadap tawanan dengan kewarganegaraan ganda, khususnya terkait pembebasan Idan Alexander.
Bibi dari tawanan Israel Ziv dan Gali Berman menyuarakan kekhawatiran serupa, dengan mengatakan:
“Trump menyelamatkan Idan Alexander, tapi siapa yang akan menyelamatkan Gali dan Ziv?”
Ayah dari tentara tawanan Itay Hin mengatakan bahwa Menteri Dermer, yang mengawasi urusan tawanan, telah memberitahunya 14 bulan lalu:
“Peluang pembebasan mereka lebih besar melalui Amerika Serikat daripada melalui saya.”
Mencerminkan kemarahan yang meluas, saudara tentara Zionis Israel Ingrist menyatakan:
“ZionisIsrael telah memutuskan bahwa tentara yang memiliki kewarganegaraan asing lebih berharga daripada tentaranya sendiri yang terluka.”
Sementara itu, tekanan publik terhadap pemerintah terus meningkat. Meskipun koordinasi dengan para mediator dan Palang Merah terus berlanjut, kurangnya kejelasan dan kesan perlakuan istimewa semakin memperbesar sorotan terhadap kebijakan pemerintah Zionis Israel terkait "tawanan perang".
Netanyahu Tolak Gencatan Senjata Gaza Demi Tawanan AS-Zionis Israel
Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa pembebasan seorang tawanan AS-Zionis Israel oleh Hamas yang akan datang tidak akan mengarah pada gencatan senjata di Jalur Gaza atau pembebasan tahanan Palestina.
Netanyahu menegaskan bahwa negosiasi untuk kesepakatan yang lebih luas guna membebaskan seluruh tawanan Zionis Israel di Gaza akan terus berlanjut, namun dilakukan “di bawah tembakan, sambil bersiap untuk meningkatkan pertempuran,” menurut pernyataan dari kantornya.
Hamas mengumumkan pada hari Minggu (11/5) bahwa mereka akan membebaskan Edan Alexander, seorang tentara AS-Zionis Israel yang ditahan di Gaza, dan mengonfirmasi adanya pembicaraan langsung dengan Amerika Serikat terkait potensi gencatan senjata di wilayah Palestina yang dilanda perang tersebut.
Meskipun tidak disebutkan tanggal pasti, keluarga dari tentara berusia 21 tahun tersebut mengatakan bahwa mereka telah diinformasikan bahwa pembebasannya mungkin terjadi “dalam beberapa hari ke depan.”
‘Gestur Itikad Baik’
Presiden AS Donald Trump memuji pengumuman Hamas tentang niatnya membebaskan tawanan AS-Zionis Israel tersebut sebagai “gestur itikad baik,” seraya menyatakan harapan akan berakhirnya “konflik brutal” di Gaza.
Namun, Netanyahu menegaskan bahwa “Zionis Israel tidak berkomitmen pada bentuk gencatan senjata apa pun atau pembebasan teroris, kecuali hanya untuk koridor aman yang memungkinkan pembebasan Edan.”
Ia mengklaim bahwa janji pembebasan Alexander telah dicapai melalui “tekanan militer” di Jalur Gaza.
Di sisi lain, Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dikabarkan tidak sepakat dengan penanganan perang oleh "Zionis Israel" di Gaza, dan menekankan bahwa kesepakatan gencatan senjata baru dan pembebasan tawanan harus menjadi langkah berikutnya.
Pernyataan tersebut, yang dilaporkan pada hari Minggu (11/5), menyoroti ketegangan yang semakin meningkat antara Washington dan Tel Aviv di tengah upaya diplomatik yang terus berlangsung.[IT/r]