Macro: Krisis Kemanusiaan di Gaza 'Tak Tertahankan'
Story Code : 1209292
Palestinians struggle to get donated food at a community kitchen in Khan Younis, Gaza Strip
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam keras memburuknya kondisi kemanusiaan di Gaza pada hari Jumat (16/5), menyebut krisis tersebut sebagai sesuatu yang “tak tertahankan” dan mendesak tindakan segera. Berbicara dalam sebuah pertemuan para pemimpin Eropa di Albania, Macron menekankan pentingnya tanggapan internasional.
"Situasi kemanusiaan di Gaza tak tertahankan," kata Macron kepada wartawan, seraya menambahkan, "Kita sedang mencapai tingkat yang belum pernah kita lihat sebelumnya dalam hal dampak kemanusiaan sejak awal konflik ini."
Macron akan Bahas Krisis Gaza dengan Netanyahu dan Trump
Presiden Prancis menyatakan bahwa prioritas utamanya adalah membantu mencapai gencatan senjata antara "Israel" dan perlawanan Palestina, serta mengembalikan akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang terkepung.
"Saya akan berkesempatan membahas hal ini dengan Perdana Menteri Netanyahu, dan saya juga telah menyampaikan masalah ini kepada Presiden Trump," tambah Macron, menegaskan keterlibatan Prancis dalam upaya gencatan senjata Gaza tahun 2025 serta rencananya untuk berbicara dengan Netanyahu dan Trump demi meredakan krisis.
PBB Tolak Rencana Bantuan Trump, Nilai Tidak Netral
Presiden AS Donald Trump, yang baru saja menyelesaikan kunjungan ke Timur Tengah pada hari Jumat, juga mengakui memburuknya situasi di Gaza. Meskipun belum ada terobosan dalam negosiasi gencatan senjata, Trump mencatat krisis kelaparan yang meningkat di Gaza dan perlunya memperlancar pengiriman bantuan.
Namun, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan pada hari Kamis (15/5) bahwa mereka tidak akan ikut serta dalam operasi kemanusiaan yang didukung AS di Gaza, dengan alasan rencana tersebut tidak memenuhi prinsip-prinsip dasar kemanusiaan: ketidakberpihakan, netralitas, dan independensi.
"Rencana distribusi ini tidak sesuai dengan prinsip dasar kami," kata Juru Bicara Deputi PBB Farhan Haq dalam konferensi pers. "Kami tidak akan ikut berpartisipasi."
Inisiatif yang dikenal dengan nama Gaza Humanitarian Foundation (GHF) itu dijadwalkan mulai beroperasi pada akhir Mei. Rencana tersebut telah mendapat kritik dari organisasi kemanusiaan dan pejabat PBB yang memperingatkan bahwa struktur dan pengawasan dalam rencana ini dapat mengganggu distribusi bantuan dan memperburuk ketegangan di wilayah yang diblokade.
GHF yang dipimpin AS telah meminta pihak pendudukan Israel untuk memperluas lokasi distribusi bantuan yang selama ini terbatas di Gaza selatan ke wilayah utara yang lebih terdampak dalam waktu 30 hari. GHF juga meminta badan-badan PBB dan organisasi lainnya untuk melanjutkan pengiriman bantuan sementara hingga yayasan tersebut benar-benar operasional. Kementerian Gaza: 109 Warga Syahid dalam 24 Jam
Pasukan Israel melanjutkan genosida brutalnya di Jalur Gaza pada hari Jumat, menewaskan sedikitnya 109 warga Palestina dan melukai 216 lainnya hanya dalam 24 jam terakhir, menurut Kementerian Kesehatan Gaza
.
Di antara korban tewas adalah satu jenazah yang ditemukan dari bawah reruntuhan.
Perhitungan awal dari Jumat dini hari hingga tengah hari mencatat 93 syahid dan lebih dari 200 korban luka, di tengah apa yang digambarkan pejabat lokal sebagai rangkaian pembantaian dan serangan yang ditargetkan ke wilayah sipil padat penduduk.
Korban terbaru ini membawa total jumlah kematian sejak perang Israel dimulai pada 7 Oktober 2023 menjadi 53.119 orang, dengan lebih dari 120.214 terluka, menurut otoritas kesehatan.
Sejak 18 Maret 2025 saja, serangan Israel telah menewaskan 2.985 warga Palestina dan melukai 8.173 lainnya, menandai salah satu periode paling berdarah dalam perang yang masih berlangsung.[IT/r]