0
Monday 19 May 2025 - 04:01
Zionis Israel vs Palestina:

‘Israel’ Pertimbangkan Gencatan Senjata Gaza yang Dikaitkan dengan Pembebasan Tawanan dan Pengasingan Hamas

Story Code : 1209617
Israeli troops work on their armored vehicles at a position along the border with the Gaza Strip
Israeli troops work on their armored vehicles at a position along the border with the Gaza Strip
Kantor Perdana Menteri  Zionis Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan bahwa tim negosiasinya di Doha secara aktif mengejar semua opsi untuk mencapai kesepakatan baru mengenai pembebasan tawanan yang ditahan di Gaza.

Pernyataan ini menandai perubahan signifikan dalam pendekatan  Zionis “Israel” terhadap negosiasi, karena kini mencakup pertimbangan kerangka kerja yang dapat mengakhiri perang yang sedang berlangsung di wilayah Palestina tersebut.
 
Proposal Gencatan Senjata dan Ketentuan yang Dipertimbangkan
Menurut kantor Netanyahu, tim tersebut sedang mengupayakan dua jalur potensial: kesepakatan gencatan senjata jangka pendek berdasarkan proposal utusan khusus AS Steve Witkoff, atau kesepakatan lebih luas yang mencakup gencatan senjata permanen, pembebasan seluruh tawanan, serta pengasingan dan pelucutan senjata Hamas.
 
Dalam pernyataan tersebut, disebutkan, “Di bawah arahan perdana menteri, bahkan saat ini tim negosiasi di Doha bekerja untuk mengeksplorasi setiap kemungkinan untuk kesepakatan — baik melalui garis besar Witkoff atau dalam kerangka penghentian perang.”
 
Rencana gencatan senjata Witkoff membayangkan kesepakatan terbatas yang melibatkan pembebasan sebagian kecil tawanan sebagai imbalan atas gencatan senjata sementara. Alternatifnya, proposal gencatan senjata Gaza yang lebih luas bertujuan mengakhiri pertempuran secara permanen dengan imbalan pembebasan lengkap para tawanan dan penghapusan kekuasaan Hamas di Jalur Gaza.
 
Kantor Netanyahu mengklaim bahwa kebijakan yang menggabungkan tekanan militer dan diplomatik telah menghasilkan keberhasilan, dengan kembalinya 197 tawanan sejauh ini, dan menegaskan bahwa pemerintah sedang melakukan “segala yang mungkin” untuk memulangkan 58 tawanan yang tersisa.
 
Kantor Netanyahu Tegaskan Hamas Harus Menyerah atau Dibuang
Meski ada perubahan nada,  Zionis “Israel” tetap menyatakan bahwa perang tidak akan berakhir tanpa pembongkaran Hamas sebagai kekuatan militer dan pemerintahan. Kesepakatan pelucutan senjata Hamas, yang kini disebut-sebut sedang dibahas di Doha, akan mengharuskan para pejuang kelompok tersebut meletakkan senjata dan meninggalkan Jalur Gaza sepenuhnya.
 
Netanyahu sebelumnya telah menolak setiap gencatan senjata jangka panjang yang tidak memenuhi syarat-syarat ini, dan hanya setuju mempertimbangkan gencatan senjata sementara selama 45 hari sebagai imbalan atas pembebasan tawanan secara bertahap.
 
Kantor Netanyahu Kecam Negosiator  Zionis Israel yang Mundur atas Pernyataan Publik
Kantor Netanyahu juga memanfaatkan kesempatan ini untuk menanggapi pernyataan publik dari mantan negosiator tawanan  Zionis Israel, Brigadir Jenderal (purn.) Oren Setter, yang menyatakan bahwa Netanyahu melewatkan dua peluang untuk mencapai kesepakatan pertukaran tawanan pada tahun 2023.
 
Dalam wawancara Februari lalu, Setter mengatakan bahwa kombinasi tekanan militer dan diplomatik saat ini bisa menghasilkan kesepakatan menyeluruh, namun ia khawatir peluang ini “akan kembali terlewatkan — dan kita hanya akan mendapat kesepakatan parsial lagi.”
 
Kantor Perdana Menteri dengan tegas mengecam Setter, menuduhnya membocorkan informasi sensitif dan menggemakan propaganda Hamas.
 
“Klaimnya bahwa kesepakatan bisa dicapai lebih awal sama sekali tidak berdasar. Seperti yang telah berulang kali disampaikan pejabat tinggi AS, Hamas menolak negosiasi selama berbulan-bulan dan menjadi satu-satunya penghalang tercapainya kesepakatan,” bunyi pernyataan tersebut.
 
Hamas dan  Zionis 'Israel' Lanjutkan Negosiasi “Tanpa Prasyarat”
Pada hari Sabtu, pejabat senior Hamas, Taher al-Nounou, mengonfirmasi bahwa putaran baru negosiasi tidak langsung antara kelompok tersebut dan  Zionis “Israel” telah dimulai di Doha, dengan kedua belah pihak masuk ke dalam pembicaraan “tanpa prasyarat.”
 
“Hamas akan menyampaikan pandangannya atas semua isu, terutama terkait penghentian perang, penarikan (pasukan Israel), dan pertukaran tawanan,” katanya.
 
Namun, seorang tokoh senior Perlawanan Palestina mengatakan kepada Al Mayadeen pada Minggu bahwa dalam putaran negosiasi kemarin di Doha,  Zionis “Israel” tetap bersikeras untuk mendapatkan pembebasan tawanan sebagai bagian dari fase transisi, sementara Hamas tetap teguh pada tuntutannya akan paket kesepakatan yang menyeluruh.
 
Negosiasi gencatan senjata Gaza sebelumnya gagal menghasilkan resolusi permanen, dengan gencatan senjata dua bulan terakhir runtuh pada 18 Maret saat  Zionis “Israel” melanjutkan agresinya di Gaza.

Operasi 'Gideon’s Chariots' oleh  Zionis 'Israel'
Kembalinya negosiasi di Qatar bertepatan dengan serangan militer baru Zionis Israel di Gaza, yang oleh militer dinamai Operasi “Gideon’s Chariots.” Operasi ini meningkatkan serangan udara dan darat di seluruh Jalur Gaza, menuai kecaman keras dari organisasi kemanusiaan karena memperburuk blokade terhadap bantuan.

Menteri Keamanan Zionis “Israel”, Israel Katz, mengklaim bahwa tekanan militer yang diperbarui berperan langsung dalam membuat Hamas kembali ke meja perundingan.

“Dengan dimulainya Operasi ‘Gideon’s Chariots’ di Gaza… delegasi Hamas di Doha mengumumkan kembalinya mereka ke negosiasi kesepakatan tawanan,” kata Katz.

Badan-badan PBB memperingatkan bahwa blokade penuh terhadap bantuan yang diberlakukan oleh Zionis “Israel” mendorong Gaza ke kondisi yang katastrofik, dengan kekurangan parah pangan, bahan bakar, air, dan obat-obatan.[IT/r]
 
 
Comment