Pelanggaran HAM Sistemik Israel Mengancam Keamanan Regional
Story Code : 1210256
Dalam memo berjudul Membangun Realitas Baru bagi Kawasan: Menuju Stabilitas Pemerintahan dan Persatuan di Asia Barat, yang diterbitkan pada hari Rabu (21/5), Araghchi mengatakan bahwa setiap penilaian yang tulus terhadap stabilitas regional akan menjelaskan peran destabilisasi rezim Israel, yang secara konsisten bertindak sebagai kekuatan oposisi, menentang inisiatif keamanan kolektif dan pelucutan senjata.
"Program nuklir rezim tersebut, yang didasarkan pada kebijakan ambiguitas yang disengaja, merusak norma-norma nonproliferasi yang diakui secara internasional dan bertentangan dengan upaya untuk membangun Kawasan bebas nuklir," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa sementara semua negara regional mematuhi konvensi internasional tentang senjata pemusnah massal, tetapi rezim Israel menghindari kerangka kerja ini, mengandalkan sekutu Baratnya untuk menghindari akuntabilitas.
Ia mengatakan bahwa sejarah rezim ini ditandai oleh pendudukan, pemindahan paksa, agresi dan pelanggaran sistemik hak-hak internasional, semuanya dilakukan di bawah tabir kekebalan dan pelanggaran hukum kronis.
Araghchi lebih lanjut mengatakan bahwa kawasan tersebut saat ini sedang mengalami ketidakstabilan yang mendalam, yang ditandai dengan krisis yang saling terkait dan tekanan yang meningkat, dengan Asia Barat menghadapi jaringan ketidakstabilan geopolitik yang kompleks, ketidakamanan kronis, dan krisis kemanusiaan.
Mengenai kebijakan Iran di kawasan tersebut, Araghchi mengatakan bahwa Republik Islam menawarkan peta jalan untuk ketahanan masa depan. Ia mengatakan bahwa masa depan kawasan Asia Barat tidak boleh didikte oleh negara-negara Barat. Sebaliknya, negara-negara regional harus fokus pada pembangunan kelembagaan, kerja sama transnasional, dan tata kelola yang inklusif.
"Karena stabilitas sejati didasarkan pada rasa saling menghormati dan komitmen untuk kesejahteraan bersama, Iran memandang dirinya bukan sebagai kekuatan hegemonik tetapi sebagai negara yang kuat bersama negara-negara tetangganya," tegasnya. [IT/G]