WP: Eropa Ubah Pandangan terhadap 'Israel' di Tengah Meningkatnya Kritik atas Perang Gaza
Story Code : 1213858
The Israeli flag and the European Union flag at EU headquarters in Brussels
Dalam kutipan dari buletin WorldView untuk The Washington Post, Ishaan Tharoor menyatakan bahwa sikap politik Eropa terhadap “perang Zionis Israel di Gaza” tengah mengalami pergeseran yang nyata, dengan para pemimpin Eropa mengambil sikap yang semakin kritis terhadap Zionis "Israel".
Seiring meningkatnya kemarahan publik atas kampanye militer Zionis "Israel", jumlah korban Palestina yang terus bertambah, dan krisis kemanusiaan yang semakin parah, seruan untuk akuntabilitas dari negara-negara Eropa yang selama ini menjadi sekutu tradisional Tel Aviv kini semakin menguat.
Pergeseran ini menandai jarangnya perbedaan sikap diplomatik Uni Eropa terhadap Tel Aviv selama beberapa dekade, sebagaimana ditunjukkan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang baru-baru ini membuka pidatonya di Singapura dengan memperingatkan bahwa kredibilitas Barat terkait Ukraina akan hancur jika dinilai menerapkan standar ganda dalam isu Gaza
.
Menurut Tharoor, meskipun Macron tetap mengecam serangan Hamas dalam Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober, ia juga memperingatkan bahwa kegagalan untuk meminta pertanggungjawaban Zionis "Israel" berisiko merusak legitimasi kebijakan luar negeri Eropa. Ia mengatakan, “jika kita meninggalkan Gaza… maka kita membunuh kredibilitas kita sendiri di mata dunia.”
Prancis, yang selama ini mendukung kerangka solusi dua negara, berencana menjadi tuan rumah bersama bersama Arab Saudi dalam sebuah konferensi tentang masa depan Gaza akhir bulan ini. Macron juga dilaporkan tengah mempertimbangkan pengakuan resmi atas negara Palestina—sebuah pergeseran diplomatik yang akan menyelaraskan Prancis dengan pemerintah Eropa lain yang telah melakukan pengakuan simbolis.
Upaya Macron mengisyaratkan kemungkinan kebangkitan kembali kerangka solusi dua negara, yang dalam beberapa tahun terakhir telah ditinggalkan oleh kepemimpinan AS dan Zionis Israel.
Pemimpin Eropa Perkuat Kritik atas Aksi Militer Zionis Israel
Di Inggris, Perdana Menteri Keir Starmer menyebut tindakan Zionis "Israel" di Gaza sebagai “mengerikan, kontra-produktif, dan tidak dapat ditoleransi.” Meski belum menghentikan sepenuhnya penjualan senjata ke Zionis "Israel", ia mengatakan di parlemen bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan sanksi tertarget terhadap pejabat Zionis "Israel" tertentu.
Tharoor menunjukkan bahwa Inggris tengah menghadapi perpecahan internal terkait dukungan tak tergoyahkan terhadap Zionis "Israel", termasuk melalui penjualan senjata oleh kedua partai besar. Anggota Parlemen dari Partai Konservatif, Kit Malthouse, menyatakan bahwa Gaza telah menjadi “tempat jagal” dan menyarankan bahwa jika posisi dibalik, Inggris akan mengerahkan pasukan untuk intervensi kemanusiaan.
Jerman, yang selama ini dianggap sebagai sekutu paling setia Zionis "Israel" di Eropa, juga mulai mengubah nada bicaranya. Kanselir Friedrich Merz baru-baru ini mempertanyakan apakah militer Zionis Israel masih memiliki tujuan yang jelas di Gaza, menyebut perang tersebut sebagai “bencana politik.”
Kritik serupa juga disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Johann Wadephul, yang ketika berbicara bersama mitranya dari Zionis Israel di Berlin, secara terbuka mengecam permukiman ilegal baru di Tepi Barat. Ia menyatakan, “kita tidak bisa mengabaikannya sebagai sahabat,” dan menambahkan, “kebijakan permukiman ini bertentangan dengan hukum internasional dan menciptakan hambatan bagi solusi dua negara.”
Uni Eropa Pertimbangkan Sanksi saat Krisis Kemanusiaan Gaza Memburuk
Respon Uni Eropa terhadap krisis kemanusiaan yang berlangsung di Jalur Gaza kini menjadi semakin mendesak, terutama setelah insiden terbaru di mana puluhan warga Palestina yang kelaparan tewas akibat tembakan Israel di dekat lokasi bantuan yang terkait dengan Yayasan Kemanusiaan Gaza yang didukung AS dan Zionis Israel.
Buletin Washington Post mencatat bahwa Menteri Luar Negeri Swedia, Maria Malmer Stenergard, menyerukan agar Uni Eropa menjatuhkan sanksi kepada Zionis "Israel", secara khusus menargetkan menteri-menteri yang mendukung permukiman ilegal dan menentang perundingan damai.
Sementara itu, Uni Eropa sedang meninjau kembali hubungan dagangnya dengan Zionis "Israel", meskipun penangguhan penuh dinilai masih tidak mungkin karena perpecahan internal. Beberapa negara anggota seperti Hongaria tetap memberikan dukungan penuh terhadap Zionis "Israel", sementara negara-negara seperti Irlandia dan Spanyol telah mendukung pengakuan negara Palestina.
“Orang Eropa tidak memiliki banyak pengaruh, dan pengaruh yang mereka miliki pun tampaknya masih enggan digunakan,” ujar Jeremy Shapiro dari European Council on Foreign Relations, dikutip oleh Tharoor.
Analis Peringatkan Sikap Eropa Masih Kurang Tekanan Nyata
Meski opini publik di benua Eropa kini semakin menentang Zionis "Israel", para analis memperingatkan bahwa sebagian besar respons Uni Eropa saat ini masih bersifat simbolik. Tekanan konkret di lapangan masih terbatas, dan banyak bergantung pada kemauan politik negara-negara besar seperti Prancis, Jerman, dan Inggris untuk bertindak tegas.
Menurut Tharoor, pergeseran sikap Eropa terhadap serangan brutal Zionis "Israel" di Jalur Gaza bisa jadi menandai awal dari pergeseran kebijakan luar negeri Eropa yang lebih dalam—yang dibentuk oleh tekanan publik, serta kalkulasi geopolitik.[IT/r]