0
Thursday 12 June 2025 - 16:26
Zionis Israel - Palestina:

Rima Hassan, Thiago Avila Mogok Makan setelah Ditahan Israel

Story Code : 1214397
The Gaza-bound aid boat, Madleen, under the escort of Israeli naval forces, enters to Asdod Port
The Gaza-bound aid boat, Madleen, under the escort of Israeli naval forces, enters to Asdod Port
Anggota Parlemen Eropa Prancis Rima Hassan dan aktivis Brasil Thiago Avila telah memulai mogok makan setelah ditempatkan di sel isolasi oleh otoritas pendudukan Zionis Israel, menurut pejabat dan pembela hak asasi manusia. Keduanya berada di atas kapal bantuan kemanusiaan Madleen, yang dibajak oleh pasukan Zionis Israel awal minggu ini saat berusaha mendekati Jalur Gaza yang terkepung.

Wakil Presiden Parlemen Prancis, Clemence Guette, mengonfirmasi pada hari Rabu (11/6) bahwa Hassan telah diisolasi dalam "kondisi tidak sehat" dan telah melancarkan mogok makan sebagai protes. Dalam pernyataan kedua di X, Guette melaporkan bahwa Hassan menjadi sasaran ancaman oleh pejabat Zionis Israel. “Para pria yang bekerja di bawah [Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin] Netanyahu mengatakan kepadanya: ‘Jika Anda tidak menandatangani [surat deportasi], kami akan membenturkan kepala Anda ke dinding. Kami akan melakukannya dengan cara kami,'” kutip Guette.

Guette telah menyerukan protes untuk mendukung Hassan pada pukul 7 malam waktu setempat Prancis, menuntut pembebasannya segera dan intervensi internasional.

Aktivis yang menolak deportasi akan diadili
Kementerian Luar Negeri Zionis Israel sebelumnya mengumumkan bahwa para aktivis pro-Palestina yang ditahan di atas kapal Madleen telah dipindahkan ke Bandara Ben Gurion di Tel Aviv untuk dideportasi. Kementerian tersebut menyatakan bahwa mereka yang menolak menandatangani dokumen deportasi akan diproses melalui pengadilan Israel “sesuai dengan hukum Zionis Israel.”

Di antara penumpang kapal tersebut adalah aktivis iklim Swedia Greta Thunberg, yang kehadirannya telah menarik perhatian global tambahan. Menurut dokter Prancis Baptiste Andre, yang berbicara kepada Politico pada hari Selasa (10/6), otoritas Zionis Israel menangani para tahanan di atas kapal bantuan dengan “metode yang agresif dan tidak pantas.”

Madleen, sebuah kapal yang diorganisasi oleh Koalisi Armada Kebebasan yang pro-Palestina, berangkat dari Italia pada tanggal 1 Juni membawa bantuan kemanusiaan yang ditujukan bagi warga sipil di Jalur Gaza yang terkepung.

Zionis 'Israel' menyerang armada kebebasan
Kapal tersebut disita pada Senin dini hari, sekitar 200 kilometer dari lepas pantai Gaza, oleh pasukan angkatan laut Zionis Israel yang menegakkan blokade yang sedang berlangsung. Dua belas penumpang, termasuk Thunberg dan Dr. Andre, ditahan dan dipindahkan ke wilayah yang diduduki.

Insiden tersebut telah meningkatkan kritik internasional terhadap blokade yang sedang berlangsung oleh rezim Israel di Gaza, serta perlakuannya terhadap aktivis kemanusiaan asing. Hassan, seorang anggota parlemen Eropa terkemuka Prancis keturunan Palestina, telah lama vokal dalam mengadvokasi hak-hak Palestina dan sebelumnya telah ditolak masuk ke Palestina yang diduduki karena dukungannya terhadap gerakan BDS.

Menurut Koalisi Armada Kebebasan, empat aktivis, termasuk Thunberg, menandatangani dokumen deportasi dan dikembalikan ke negara asal mereka pada Selasa malam. Tahanan yang tersisa sedang menunggu sidang pengadilan.

Dampak politik dan seruan untuk akuntabilitas
Dalam sebuah video yang diunggah pada hari Senin, Thunberg mengatakan kelompoknya telah "dicegat dan dibajak" oleh rezim Zionis Israel. Ia mendesak pemerintah Swedia untuk menekan Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanyahu dan meminta pertanggungjawaban pemerintahannya atas perlakuan terhadap pengunjuk rasa damai dan pekerja bantuan.

Thunberg menunjukkan bahwa pelayaran tersebut merupakan demonstrasi tanpa kekerasan terhadap blokade laut Israel dan tanggapan terhadap krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza. Jalur Gaza telah mengalami pemboman dan pengepungan tanpa henti, membuat warga sipil sangat membutuhkan bantuan.

Pemerintah Zionis Israel telah menolak misi Armada Kebebasan, menyebutnya sebagai pelanggaran blokade. Para pejabat menggambarkan kapal tersebut sebagai "kapal pesiar swafoto" dan menuduh para aktivis melakukan aksi politik alih-alih memberikan bantuan yang sebenarnya.

Terlepas dari tuduhan ini, para pembela hak asasi manusia telah membela tindakan armada tersebut, dengan alasan bahwa pengiriman bantuan dan tantangan simbolis terhadap pengepungan tersebut mendesak dan sah. “Saya tidak memiliki kualifikasi hukum untuk menjelaskan apa yang terjadi,” kata Andre, “tetapi memang ada tindakan penganiayaan.”

Insiden tersebut telah memicu pemeriksaan ulang atas perlakuan pendudukan Zionis Israel terhadap tahanan dan legalitas blokade maritimnya, terutama ketika diberlakukan jauh melampaui perairan pesisir Gaza.[IT/r]
Comment