Utusan Iran untuk PBB: Israel 'Melanggar Semua Garis Merah'
Story Code : 1215389
Iravani menyoroti secara khusus penargetan fasilitas nuklir damai Natanz yang berada di bawah pengawasan penuh IAEA, menganggapnya sebagai tindakan berbahaya dan ilegal yang berisiko melepaskan materi radioaktif. Ia membantah klaim Israel tentang serangan yang hanya menargetkan militer, serangan itu sebaliknya menargetkan infrastruktur sipil secara membabi buta, termasuk rumah sakit, depot bahan bakar, fasilitas petrokimia seperti kilang Asaluyeh di Bushehr, dan kantor berita IRIB saat siaran langsung. Ia juga mengklaim bahwa serangan tersebut telah menewaskan 224 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, dengan total 1.481 korban tewas atau luka-luka.
Iran menyatakan bahwa serangan ini merupakan "tindakan terorisme negara yang jelas" dan pelanggaran yang mencolok terhadap hukum internasional. Iravani juga menuduh Amerika Serikat memiliki keterlibatan dalam agresi tersebut, dengan menyatakan bahwa serangan itu tidak mungkin terjadi tanpa dukungan senjata, intelijen, dan politik dari AS. "Amerika Serikat akan berbagi tanggung jawab atas tindakan melanggar hukum ini," tegasnya, seraya menambahkan bahwa pasukan AS mendukung agresi Israel dan rakyat Iran terbunuh akibat serangan Israel dengan senjata Amerika.
Lebih lanjut, Iravani mengkritik Dewan Keamanan PBB dan IAEA atas kelambanan mereka, yang disebutnya merusak kredibilitas dan otoritas. Ia berpendapat bahwa kebisuan lembaga-lembaga ini telah memberanikan Israel untuk meningkatkan pelanggaran dan "melanggar setiap garis merah". Ia menekankan bahwa Israel, sebagai satu-satunya rezim di kawasan yang memiliki senjata nuklir tidak terdeklarasi, menolak bergabung dengan NPT dan menempatkan fasilitasnya di bawah pengawasan IAEA.
Menangapi “serangan barbar” tersebut, Iran menegaskan telah menggunakan haknya untuk membela diri sesuai dengan Pasal 51 Piagam PBB. Iranani menjelaskan bahwa respons Iran bersifat defensif, terarah, dan proporsional, hanya bertujuan untuk mencegah terulangnya kejahatan tersebut. Ia menekankan bahwa Iran tidak mencari perang atau eskalasi, namun akan mempertahankan rakyat, wilayah, dan kelemahannya dengan tegas, seraya menekankan bahwa Iran menghormati hukum humaniter internasional dan tidak menargetkan warga sipil.
Mengakhiri pernyataannya, Sa'eed Iravani mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera mengambil tindakan: mengutuk agresi Israel, meminta pertanggungjawaban penyerang dan para pendukungnya, serta mengambil tindakan mendesak untuk mencegah agresi lebih lanjut. Ia memperingatkan bahwa kelambanan hanya akan "memberanikan agresor dan menambah supremasi hukum," serta "merusak kredibilitas Dewan." [IT/G]