Erdogan di OKI: Tidak untuk Sykes-Picot Baru yang Digambar dengan Darah
Story Code : 1216180
Turkey's President Recep Tayyip Erdogan during the Council of Foreign Ministers of the OIC meeting, in Istanbul, Turkiye.jpg
Erdogan menyerukan kepada negara-negara Muslim untuk bersatu melawan kampanye perang Israel yang terus meluas dan upaya yang dipimpin Barat untuk memecah perlawanan kawasan.
"Kami tidak akan membiarkan terbentuknya tatanan Sykes-Picot baru di wilayah kami dengan batas-batas yang digambar dengan darah," tegas Erdogan, merujuk pada rencana kolonial yang telah mencabik-cabik Kekhalifahan Utsmaniyah dan meletakkan dasar bagi dominasi Barat.
Ia mengecam pengepungan genosida di Gaza yang kini telah memasuki bulan ke-21, dan menyamakannya dengan beberapa kekejaman paling parah dalam sejarah.
"Dua juta saudara laki-laki dan perempuan kita di Gaza sedang berjuang untuk bertahan hidup di bawah kondisi ini," ujarnya.
Seruan Iran: Jangan Diam terhadap Agresi
Pernyataan Erdogan disampaikan di saat yang sama dengan kedatangan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi di Istanbul, menyusul serangan udara Israel terhadap infrastruktur nuklir Iran, yang diawasi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Araghchi mengecam serangan tersebut sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan kejahatan yang tak termaafkan, dan menegaskan bahwa Iran tidak akan tinggal diam menghadapi agresi seperti ini.
"Sesuai dengan hak sah kami untuk membela diri, Republik Islam akan berdiri teguh melawan agresi Zionis Israel dan akan merespons sebagaimana mestinya," tegasnya.
Ia menyerukan kepada OKI agar mengambil sikap tegas, memperingatkan bahwa provokasi Israel mengancam tidak hanya Iran, tetapi stabilitas seluruh kawasan.
Delegasi Iran meminta sidang darurat, yang segera disetujui dan menghasilkan pernyataan bersama negara-negara Muslim yang mengecam serangan Israel dan memperingatkan agar tidak lagi menargetkan situs-situs nuklir.
Pernyataan itu juga menegaskan kembali tuntutan lama untuk Timur Tengah yang bebas senjata nuklir, sambil menyoroti bahwa Israel belum pernah mengakui persenjataan nuklirnya dan menolak bergabung dengan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
Melawan Peta Kolonial
Meskipun banyak negara telah menyerah dengan kesepakatan normalisasi dengan Tel Aviv, Iran tetap menjadi pembela hak-hak Palestina dan menolak kolonialisme pemukim. Erdogan menunjukkan sikap serupa:
"Kita harus menunjukkan solidaritas yang lebih besar untuk menghentikan tindakan perampokan Israel — tidak hanya di Palestina, tetapi juga di Suriah, Lebanon, dan Iran," tegasnya.
Dalam konteks ini, Erdogan memuji keteguhan rakyat dan kepemimpinan Iran.
"Kami tidak meragukan bahwa rakyat Iran, dengan solidaritas mereka dalam menghadapi kesulitan dan pengalaman kenegaraan yang kuat, insya Allah akan mampu melewati masa-masa ini," ucapnya.
Ancaman ke Wilayah Turki dan Penguatan Pertahanan
Agresi rezim Zionis juga telah meluas ke wilayah udara Turki. Beberapa hari sebelum KTT OKI, jet tempur Zionis Israel melanggar wilayah udara Turki, yang langsung mendapat tanggapan dari Ankara.
Jet F-16 Turki mencegat pesawat-pesawat tersebut, dan pengawasan militer ditingkatkan di seluruh perbatasan timur.
Erdogan menanggapi dengan mengumumkan ekspansi besar-besaran persenjataan rudal Turki, dan bertekad membangun kapasitas pertahanan yang mampu membuat siapa pun berpikir dua kali sebelum menyerang.
"Kita akan segera mencapai kapasitas pertahanan yang tidak akan berani dilawan siapa pun," tegasnya.
Langkah ini mendekatkan doktrin pertahanan Turki ke model Iran, yang menekankan daya tahan strategis dan penolakan terhadap ancaman Barat.
Dukungan untuk Suriah
Dalam langkah yang disambut baik oleh Tehran dan Damaskus, Erdogan juga menyerukan agar Suriah kembali sepenuhnya ke dalam keanggotaan OKI, dan menekankan bahwa dunia Islam harus mendukung kedaulatan, kesatuan, dan pemulihan pascaperang Suriah.
"Suriah membutuhkan dukungan kita semua untuk melindungi integritas teritorialnya dan mencapai stabilitas yang abadi," ucapnya, memberikan sinyal kemungkinan reorientasi kebijakan regional Turki yang lebih sejalan dengan visi Iran tentang Asia Barat multipolar.[IT/r]