0
Monday 23 June 2025 - 06:43
Eropa - Iran:

Negara-Negara Eropa Serukan Deeskalasi, Baru Dukung Diplomasi Setelah AS Serang Iran

Story Code : 1216410
A member of protocol adjusts the EU and Union flag
A member of protocol adjusts the EU and Union flag
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyerukan dimulainya kembali diplomasi setelah serangan udara AS terhadap tiga fasilitas nuklir Iran.
 
Dalam sebuah unggahan di X, Kallas menekankan perlunya menghindari eskalasi lebih lanjut, sambil kembali mengulang narasi “Iran tidak boleh dibiarkan mengembangkan senjata nuklir”—pernyataan yang menurut para kritikus justru membalikkan peran antara agresor dan korban.
"Iran tidak boleh diizinkan mengembangkan senjata nuklir karena itu akan menjadi ancaman bagi keamanan internasional. Saya mendesak semua pihak untuk mundur, kembali ke meja perundingan dan mencegah eskalasi lebih lanjut. Menteri Luar Negeri Uni Eropa akan membahas situasi ini besok."
— Kaja Kallas (@kajakallas), 22 Juni 2025
 
Kini setelah AS menyerang Iran, Kallas menyerukan agar "semua pihak menahan diri dan kembali ke meja perundingan", seraya mencatat bahwa para menteri luar negeri Uni Eropa akan bertemu pada hari Senin untuk membahas krisis tersebut.
 
Demikian pula, Starmer menekankan pentingnya diplomasi, meskipun dengan versinya sendiri:
"Kami menyerukan agar Iran kembali ke meja perundingan dan mencapai solusi diplomatik untuk mengakhiri krisis ini."
 
Namun, pernyataannya mengabaikan fakta bahwa Iran sebenarnya sudah dalam perjalanan ke Oman untuk putaran keenam pembicaraan, sebuah inisiatif yang dihancurkan secara mendadak oleh serangan Israel pada 13 Juni.

Pembicaraan Damai Hancur oleh Serangan Zionis Israel
Pembicaraan damai tersebut dimulai pada bulan April dengan mediasi Oman, namun gagal total setelah gelombang serangan mematikan Zionis Israel terhadap Iran. Serangan itu menargetkan berbagai kota di Iran dan menewaskan sejumlah komandan senior IRGC, ilmuwan nuklir, dan warga sipil. Salah satu serangan paling menghancurkan terjadi di kawasan pemukiman di Teheran utara, menewaskan 60 orang, termasuk 20 anak-anak.
 
Dalam pernyataan dari Downing Street, Starmer menggambarkan program nuklir Iran sebagai “ancaman serius terhadap keamanan internasional” dan membenarkan serangan AS dengan menyatakan:
“Iran tidak boleh diizinkan mengembangkan senjata nuklir, dan AS telah mengambil tindakan untuk mengurangi ancaman tersebut.”
 
Perlu dicatat bahwa Iran adalah penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan berulang kali menegaskan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. Para pejabat Iran secara konsisten membantah tuduhan mengembangkan senjata nuklir, mengutip fatwa keagamaan dari Pemimpin Tertinggi Iran, Sayyid Ali Khamenei, yang secara eksplisit melarang pengembangan dan penggunaan senjata nuklir.
 
Baik Amerika Serikat maupun Zionis “Israel” baru-baru ini mengeluarkan ancaman terhadap nyawa Sayyid Khamenei.

Inggris Tak Terlibat Langsung dalam Serangan AS ke Iran
Sementara itu, Menteri Perdagangan Inggris Jonathan Reynolds mengklaim bahwa Inggris tidak memiliki peran langsung dalam serangan tersebut. Berbicara kepada media pada Minggu (22/6), ia menegaskan:
"Kami tidak terlibat dalam serangan terhadap Iran, tetapi kami diberitahu sebelumnya."
 
Ia menambahkan bahwa Inggris tidak menerima permintaan dari AS untuk dukungan, termasuk penggunaan pangkalan militer Diego Garcia.
"Saya tahu terkadang karena keberadaan aset militer Inggris seperti RAF Akrotiri (di Siprus) atau Diego Garcia, permintaan itu muncul. Namun kali ini, permintaan tersebut tidak diajukan," klaimnya.
 
Reynolds juga menyatakan bahwa PM Starmer sedang berbicara dengan sekutu-sekutu kunci, dan bahwa pemerintah Inggris sedang mempertimbangkan penerbangan evakuasi dari Timur Tengah karena meningkatnya ketegangan di kawasan.

Jerman Desak Iran Kembali ke Meja Perundingan dengan AS dan Zionis ‘Israel’
Kanselir Jerman Friedrich Merz menyerukan kembalinya diplomasi secepatnya pasca serangan udara AS, mendesak Tehran untuk kembali bernegosiasi dengan kekuatan Barat guna menghindari eskalasi lebih lanjut.
 
Melalui juru bicara pemerintah, Stefan Kornelius, pada hari Minggu, Merz menyerukan ketenangan dan perundingan:
“Teheran harus segera memulai negosiasi dengan AS dan Zionis Israel serta mencari solusi diplomatik atas konflik ini,” ujar Kornelius, mengisyaratkan dukungan Berlin terhadap kerangka mediasi yang dipimpin Barat.
 
Pemerintah Jerman mendukung narasi Washington bahwa serangan itu berhasil secara militer. Kornelius menyatakan bahwa "bagian besar dari program nuklir Iran telah rusak akibat serangan udara.”
 
Respons Berlin mencerminkan pendekatan diplomatik yang memprioritaskan keamanan Barat dan kepentingan Israel, sementara tekanan tetap diarahkan ke Teheran—bukan ke Washington atau Tel Aviv sebagai pihak yang memulai konflik.

Menteri Pertahanan Italia: Iran Kemungkinan Besar Akan Membalas AS
Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto memperingatkan pada hari Minggu (22/6) bahwa Iran sangat mungkin akan melancarkan pembalasan kuat terhadap aset AS, setelah serangan udara AS ke fasilitas nuklir Iran.
 
Dalam wawancara dengan saluran berita TG1 Italia, Crosetto menyebut serangan itu sebagai titik balik dalam krisis, menandai pergeseran berbahaya dengan dampak global yang mungkin terjadi.
“Serangan ini telah mengubah seluruh permainan,” ujar Crosetto. “Krisis yang jauh lebih besar kini telah terbuka.”

Ia menegaskan bahwa "respons yang sangat kuat dari Iran terhadap semua target AS kini sangat mungkin terjadi,” menandakan kekhawatiran mendalam Italia terhadap potensi eskalasi yang tidak terkendali.

Sementara sekutu NATO lainnya sebagian besar mengikuti narasi strategis AS, bahasa yang digunakan Crosetto tidak menunjukkan dukungan langsung terhadap serangan tersebut, melainkan berfokus pada risiko yang ditimbulkannya.


Prancis Serukan Menahan Diri dan Diplomasi
Prancis menyampaikan keprihatinan mendalam pada hari Minggu (22/6) atas serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran, menyerukan semua pihak untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dan menekankan pentingnya diplomasi.

"Prancis menyimak dengan keprihatinan atas serangan yang dilakukan semalam oleh Amerika Serikat terhadap tiga lokasi program nuklir Iran," tulis Menteri Luar Negeri Jean-Noël Barrot di X.
“Prancis tidak berpartisipasi dalam serangan ini maupun dalam perencanaannya. Kami mendesak semua pihak untuk menahan diri agar tidak terjadi eskalasi yang bisa memperluas konflik.”
— Jean-Noël Barrot (@jnbarrot), 22 Juni 2025

Barrot menegaskan bahwa Prancis tidak terlibat dalam operasi tersebut dan menyerukan ketenangan. Presiden Emmanuel Macron belum mengeluarkan pernyataan, namun sehari sebelumnya menyatakan bahwa Prancis dan mitra Eropa akan meningkatkan keterlibatan diplomatik dengan Teheran guna mengurangi ketegangan.

Mengulangi posisi Prancis terhadap non-proliferasi nuklir, Barrot menyatakan:
“Prancis berulang kali menyatakan penolakannya yang sangat tegas terhadap akses Iran terhadap senjata nuklir.”

Namun ia juga menekankan bahwa “penyelesaian yang langgeng membutuhkan solusi yang dirundingkan dalam kerangka Traktat Non-Proliferasi Nuklir.”[IT/r]
 
 
Comment