Starmer, Lammy Menghindari Pertanyaan tentang Legalitas dan Sikap terhadap Serangan terhadap Iran
Story Code : 1216578
British Prime Minister Keir Starmer and Foreign Secretary David Lammy during a meeting between the US and the EU in London
Pemerintah Inggris menghadapi tekanan politik yang meningkat untuk memperjelas sikapnya terhadap serangan udara terbaru AS terhadap fasilitas nuklir Iran, setelah Menteri Luar Negeri David Lammy berulang kali menolak untuk mengonfirmasi apakah Inggris mendukung tindakan tersebut atau menganggapnya legal.
Dalam wawancara hari Senin (23/6) untuk program Today BBC Radio 4—penampilan publik pertamanya sejak serangan terjadi—Lammy menghindari pertanyaan mengenai legalitas operasi AS, dengan bersikeras bahwa hal itu adalah urusan Washington untuk dijawab. “Masih ada jalan keluar bagi Iran,” ujarnya, sambil menekankan perlunya Tehran kembali ke meja perundingan dengan kekuatan Barat.
Militer AS meluncurkan serangan udara terkoordinasi pada hari Sabtu (21/6) yang menargetkan tiga situs terkait nuklir di Iran, dengan alasan bahwa tindakan tersebut ditujukan untuk mengganggu program nuklir Tehran. Serangan ini memicu kontroversi di seluruh Eropa, sementara para pejabat Inggris tampak enggan untuk secara langsung mendukung atau mengkritik serangan tersebut.
Pembicaraan ‘Sangat Sulit’ antara Iran dan E3
Lammy mengonfirmasi bahwa diskusi antara Iran dan E3—Prancis, Jerman, dan Inggris—di Jenewa minggu lalu berlangsung “sangat sulit,” namun ia menolak mendukung unggahan media sosial Presiden AS Donald Trump baru-baru ini yang menyarankan dukungan terhadap perubahan rezim di Tehran. “Tindakan yang ditargetkan ini ditujukan untuk menangani kemampuan nuklir Iran,” katanya kepada BBC, seraya menambahkan bahwa semua pembicaraannya dengan Gedung Putih hanya berfokus pada tujuan militer.
Menurut The Guardian, Lammy mengakui bahwa Iran mungkin masih memiliki stok uranium yang diperkaya tinggi dan bahwa serangan udara tersebut bisa saja telah membuat program nuklir Iran mundur beberapa tahun. Namun, ia kembali menegaskan bahwa Inggris terus mengandalkan penilaian dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA), menjauhkan diri dari klaim intelijen AS yang menyebutkan bahwa Iran hampir mengembangkan senjata nuklir.
Kementerian Luar Negeri Inggris juga membantah laporan Iran bahwa Lammy telah menyatakan penyesalan atas serangan AS dalam percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi.
Starmer Dituduh ‘Menghindari Pertanyaan’
Kritik juga datang dari partai oposisi, dengan pemimpin Liberal Demokrat Ed Davey menyerukan Perdana Menteri Keir Starmer untuk secara langsung menyampaikan pernyataan di parlemen tentang peran dan posisi Inggris dalam eskalasi konflik dengan Iran.
Dalam pernyataan yang dilaporkan oleh The Telegraph, Davey memperingatkan bahwa “serangan Trump terhadap Iran merupakan momen yang sangat penting yang akan memiliki dampak besar terhadap keamanan global selama bertahun-tahun ke depan” dan menuduh para menteri Inggris “menghindari pertanyaan” mengenai isu tersebut.
“Perdana Menteri bahkan belum sekalipun berbicara di Dewan Rakyat sejak krisis ini dimulai,” kata Davey. “Ia harus datang ke parlemen hari ini, memberikan pembaruan kepada negara tentang di mana posisi Inggris dan apa yang sedang dilakukannya untuk memastikan situasi ini tidak semakin memburuk.”
Pemerintahan yang dipimpin Partai Buruh sejauh ini mempertahankan garis yang hati-hati, dengan para pejabat senior menghindari kritik atau dukungan eksplisit terhadap tindakan AS. Lammy mengklaim bahwa Iran telah melanggar kewajiban nuklirnya dengan memperkaya uranium hingga 60%, jauh melebihi batas 3,67% yang ditetapkan dalam Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) tahun 2015.
Namun, Lammy tidak secara tegas menyatakan apakah Inggris mendukung posisi AS yang menolak seluruh bentuk pengayaan uranium, atau akan menerima Iran memperkaya uranium pada tingkat JCPOA di bawah pengawasan internasional. “Mereka dapat memiliki kemampuan nuklir sipil yang diawasi dengan baik,” katanya, tetapi menekankan bahwa prioritas utama adalah mencegah Iran mencapai tingkat senjata nuklir.
E3 Siap Lanjutkan Pembicaraan
Sementara itu, Prancis, Inggris, dan Jerman menyatakan kesediaan untuk melanjutkan pembicaraan dengan Iran, meskipun mereka mencatat belum ada kemajuan konkret yang dicapai.
Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadepul menyatakan kepuasannya karena dapat mengadakan pembicaraan serius dengan para mitra Iran, dan menekankan pentingnya "Amerika Serikat berpartisipasi dalam diskusi lebih lanjut dan dalam mencari solusi."
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noël Barrot, pada gilirannya, menekankan bahwa inisiatif diplomatik seperti ini seharusnya membuka jalan bagi negosiasi dengan Iran, seraya menambahkan bahwa Menlu Iran Araghchi siap melanjutkan perundingan nuklir dan isu-isu lainnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mendorong Iran untuk terus terlibat dalam pembicaraan dengan AS.
Kaja Kallas, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, menyatakan bahwa kedua pihak sepakat untuk mempertahankan dialog sambil memperluas agenda di luar isu nuklir, dan menekankan perlunya menjaga saluran komunikasi tetap terbuka dengan Iran.[IT/r]