Faksi-faksi Palestina Peringatkan ‘Israel’ sebagai Ancaman bagi Keamanan Global
Story Code : 1232551
Damage is seen after an Israeli strike targeted a compound that hosted Hamas' political leadership in Doha, Qatar
Dalam pernyataan bersama yang dirilis pada Rabu (10/9), faksi-faksi tersebut menegaskan bahwa upaya pembunuhan ini mencerminkan “kegagalan berkelanjutan pendudukan dalam menghadapi keteguhan dan tekad yang tak tergoyahkan dari para pahlawan rakyat Palestina.”
Faksi-faksi itu meratapi kesyahidan Jihad Lubad, direktur kantor pejabat senior Hamas Khalil al-Hayya, serta putra al-Hayya, Hammam, Abdullah Abdel Wahed, Moamen Hassouna, dan Ahmad al-Mamlouk.
Mereka menekankan bahwa pembunuhan yang ditargetkan terhadap tokoh-tokoh penting dalam kepemimpinan Hamas dan anggota delegasi perunding Palestina menunjukkan “upaya sengaja pendudukan untuk memperpanjang perang dan menghalangi setiap prospek penyelesaian politik.”
“Upaya pembunuhan ini membongkar sifat jahat dan kriminal dari entitas Zionis, yang secara langsung didukung oleh kriminal Trump dan pemerintahannya yang fasis,” tegas pernyataan itu.
Lebih jauh, faksi-faksi Perlawanan juga menyerukan kepada negara-negara Arab dan Islam, serta orang-orang merdeka di dunia, untuk “tetap waspada dan bangkit melawan entitas yang telah menjadi ancaman global.”
Mereka menekankan bahwa “Israel” terus bertindak dengan impunitas dan mengabaikan hukum internasional, memperingatkan bahwa tindakannya tidak hanya mengacaukan kawasan tetapi juga membahayakan perdamaian dan keamanan dunia.
‘Upaya pembunuhan yang licik’
Demikian pula, Gerakan Perlawanan Palestina Hamas pada Selasa mengecam keras “upaya pembunuhan yang licik” oleh pendudukan Zionis Israel yang menargetkan delegasi perundingnya di ibu kota Qatar, Doha.
Dalam pernyataan resminya, Hamas mengatakan: “Upaya licik oleh pendudukan Zionis untuk membunuh delegasi perunding Hamas di Doha hari ini adalah kejahatan keji, tindakan agresi terang-terangan, dan pelanggaran mencolok terhadap semua norma dan hukum internasional.”
Hamas menegaskan bahwa serangan itu tidak hanya ditujukan pada delegasinya tetapi juga merupakan serangan terhadap Qatar itu sendiri. “Kejahatan ini merupakan agresi terhadap kedaulatan Negara Qatar, yang bersama-sama dengan Mesir, telah memainkan peran penting dan bertanggung jawab dalam mensponsori upaya mediasi untuk menghentikan agresi, mencapai kesepakatan gencatan senjata, dan memastikan pertukaran tahanan,” kata gerakan itu.
Hamas menegaskan bahwa para pemimpinnya yang menjadi target serangan selamat, meskipun beberapa anggota tim dan staf keamanannya gugur sebagai syuhada. Pernyataan itu menyebutkan para syuhada sebagai berikut: Jihad Lubad, direktur kantor pejabat senior Hamas Khalil al-Hayya, dan putra al-Hayya, Hammam. Tiga lainnya, termasuk Abdullah Abdel Wahed, Mo’men Hassouna, dan Ahmad al-Mamlouk, juga gugur, bersama dengan petugas keamanan Qatar Badr Saad al-Humaidi.
Entitas Israel, AS merusak negosiasi
Gerakan itu mengaitkan serangan tersebut langsung dengan negosiasi yang sedang berlangsung: “Penargetan delegasi perunding, pada saat mereka sedang membahas proposal terbaru Presiden AS Donald Trump, menegaskan tanpa keraguan bahwa Netanyahu dan pemerintahannya tidak ingin mencapai kesepakatan apa pun. Mereka dengan sengaja berupaya menggagalkan setiap peluang dan menggulingkan upaya internasional, tanpa peduli pada nasib tawanan mereka, kedaulatan negara, atau keamanan regional.”
Hamas juga menuduh Washington terlibat: “Kami menganggap pemerintah AS bertanggung jawab bersama dengan pendudukan atas kejahatan ini, mengingat dukungan konstan mereka terhadap agresi dan kejahatan pendudukan terhadap rakyat kami.”
Serangan terkoordinasi
Media Israel mengungkapkan detail baru mengenai koordinasi antara pendudukan Zionis Israel dan Amerika Serikat terkait serangan yang ditujukan untuk menargetkan kepemimpinan Hamas.
Channel 13 mengutip seorang pejabat senior Zionis Israel yang mengatakan bahwa serangan itu dikoordinasikan dengan Washington. Laporan tersebut menyoroti sejauh mana perencanaan bersama antara kedua sekutu dalam persiapan operasi.
Menurut koresponden Channel 14, koordinasi itu mencakup sedikitnya dua pertemuan penting dalam beberapa hari terakhir. Pertemuan pertama melibatkan Kepala Komando Pusat AS Jenderal Brad Cooper, yang baru-baru ini tiba di wilayah Palestina yang diduduki dan mengadakan pertemuan pertama dengan Kepala Staf Zionis Israel Eyal Zamir.
Keduanya disebutkan telah melakukan komunikasi harian, terkadang lebih dari sekali sehari, dengan fokus kuat pada koordinasi militer terkait operasi tersebut.
Pertemuan kedua dilaporkan berlangsung dalam 24 jam terakhir antara Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer dan utusan AS Steve Witkoff, yang semakin menegaskan keterlibatan tingkat tinggi antara kedua pihak.[IT/r]