Pemimpin Hamas Khalil al-Hayya Muncul, Memberikan Pernyataan Pertama Setelah Serangan di Doha
Story Code : 1238166
Khalil al-Hayya, a high-ranking Hamas official who has represented the Palestinian Resistance group
Al-Hayya, yang memimpin tim perunding Hamas dalam pembicaraan gencatan senjata yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir, menyampaikan pidatonya dalam sebuah pernyataan yang direkam dan disiarkan oleh Al-Araby TV pada hari Sabtu (4/10), menandai pesan pertamanya sejak serangan Israel pada 9 September yang menewaskan enam orang, termasuk putranya yang menjadi syahid, Hammam al-Hayya, manajer kantornya yang menjadi syahid, Jihad Labbad, dan beberapa anggota stafnya.
"Hari ini, kita hidup di bawah bayang-bayang rasa sakit dan kebanggaan serta martabat," kata al-Hayya.
Dari Tragedi Pribadi Menuju Keteguhan Nasional
Pejabat senior Hamas tersebut menggambarkan kehilangan pribadinya sebagai bagian dari penderitaan nasional yang lebih luas di bawah agresi Zionis Israel, dan menegaskan bahwa ia tidak membedakan antara keluarganya dan ribuan warga Palestina yang terbunuh di Gaza sejak Oktober 2023.
"Saya tidak membedakan antara mereka dan anak-anak Palestina lainnya di Gaza yang dibunuh oleh pendudukan," tekannya. Pejabat Hamas senior ini menegaskan bahwa semua kehilangan ini memiliki satu penyebab yang sama, yaitu kejahatan berkelanjutan dari pendudukan Zionis Israel.
Ia menekankan bahwa jalan pengorbanan menyatukan semua rakyat Palestina, menggambarkan mereka yang terbunuh, termasuk putranya, sebagai syuhada yang darahnya "menjadi jalan menuju pembebasan."
Pernyataan al-Hayya tersebut mencerminkan pesan persatuan yang lebih luas dalam barisan Perlawanan, menggambarkan ketahanan Gaza sebagai perwujudan dari perjuangan nasional dan sejarah.
"Kami adalah bagian dari keluarga besar ini, keluarga rakyat Palestina, terutama rakyat Gaza, yang hari ini mewakili bangsa ini melalui perjuangan, kesabaran, dan pengorbanan mereka — pengorbanan yang langka sepanjang sejarah."
Menghormati Perjuangan Seabad Rakyat Palestina
Dalam pidatonya, al-Hayya memberi penghormatan kepada "perjuangan rakyat Palestina selama lebih dari 100 tahun" melawan konspirasi Zionis Israel dan Barat, serta menggambarkan perang saat ini sebagai kelanjutan dari konfrontasi sejarah tersebut.
Ia menegaskan kembali komitmen Hamas untuk pembebasan Palestina "dari sungai hingga ke laut," dan menyerukan keteguhan menghadapi apa yang ia gambarkan sebagai "perang genosida pendudukan dan keterlibatan Barat."
Diplomasi di Tengah Serangan
Serangan Israel pada 9 September di Doha terjadi di tengah upaya mediasi yang diperbarui yang dipimpin oleh Qatar dan Mesir untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan "Zionis Israel".
Serangan tersebut, yang menargetkan pejabat senior Hamas, mendapat kecaman dari seluruh kawasan. Serangan udara ini menimbulkan kekhawatiran yang lebih besar, karena Angkatan Udara Israel menargetkan sebuah kompleks tempat para pemimpin Hamas berkumpul untuk membahas proposal gencatan senjata yang didukung AS untuk Gaza, sebuah langkah yang dianggap sebagai upaya sengaja untuk menggagalkan upaya diplomatik tersebut.
Pada saat itu, Hamas menuduh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, "menghentikan diplomasi" dan "memilih eskalasi daripada stabilitas."
Kehidupan kembali al-Hayya dan kemunculannya yang kemudian memiliki makna simbolis bagi gerakan tersebut. Pesannya memproyeksikan kesinambungan, disiplin, dan ketahanan meskipun ada upaya yang terus-menerus dari Israel untuk menargetkan kepemimpinan politik Hamas di Gaza dan di luar negeri.[IT/r]