Ex Tawanan: Hamas Memberi Saya Taurat dan Peralatan Doa Selama Penahanan
Story Code : 1240633
Matan Engrest, yang pernah ditahan oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Palestina Hamas, mengatakan bahwa permintaannya akan peralatan doa Yahudi selama ia ditawan di Jalur Gaza dipenuhi.
Dalam pernyataan pertamanya setelah pembebasan Senin lalu, Saluran 13 Israel mengutip pernyataan Engrest bahwa ia "meminta Hamas untuk membawa tefillin (kotak kulit kecil yang diikatkan di dahi saat berdoa), sebuah siddur (buku doa), dan sebuah gulungan Taurat."
Ia menambahkan bahwa ia dapat beribadah tiga kali sehari di dalam terowongan dan selamat dari beberapa serangan udara Israel yang menghantam dekat tempat ia ditahan.
Brigade Qassam berulang kali menyatakan bahwa mereka berusaha keras untuk menyelamatkan nyawa para tahanan, sembari memperingatkan bahwa pemboman Israel yang gencar dan membabi buta membahayakan mereka.
Kisah Engrest sangat kontras dengan laporan penyiksaan, pengabaian medis, dan bentuk-bentuk penganiayaan lain yang dialami oleh tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.
Sejak Senin, Hamas telah membebaskan 20 tahanan Israel yang masih hidup dan, pada Rabu malam, telah menyerahkan jenazah 10 tahanan lainnya. Gerakan tersebut mengatakan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak waktu untuk menemukan dan mengevakuasi jenazah-jenazah yang tersisa.
Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 250 tahanan Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup, bersama dengan 1.718 lainnya yang telah ditahan dari Jalur Gaza setelah 8 Oktober 2023.
Lebih dari 10.000 warga Palestina — termasuk perempuan dan anak-anak — masih dipenjara di Israel, di mana mereka menghadapi penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis. Beberapa orang telah meninggal, menurut kelompok hak asasi manusia Palestina dan Israel serta laporan media.
Dengan dukungan AS, Israel telah melancarkan perang genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang telah menewaskan 67.967 warga Palestina dan melukai 170.179 lainnya, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Perang tersebut juga memicu kelaparan yang telah merenggut 463 nyawa, termasuk 157 anak-anak.[IT/AR]