Pakar PBB Prihatin atas Kekerasan Polisi Jerman terhadap Aktivis Pro-Palestina
Story Code : 1240680
“Kami prihatin atas pola berulang kekerasan polisi dan penindasan nyata terhadap aktivisme solidaritas Palestina di Jerman,” ujar para pakar dalam pernyataan, Kamis.
Mereka mendesak Jerman untuk mematuhi kewajiban hak asasi manusia dan menjamin hak untuk berkumpul secara damai bagi semua orang tanpa diskriminasi.
“Dalam kerangka hak berkumpul damai, protes non-kekerasan harus dilindungi dan tidak boleh dihukum,” tegas mereka. “Protes politik dan ekspresi ketidaksetujuan tidak boleh dibatasi secara sewenang-wenang berdasarkan konten.”
Menurut para pakar, sejak Oktober 2023 — ketika rezim Israel memulai perang genosida di Gaza — Jerman telah memperketat pembatasan terhadap aksi pro-Palestina, meskipun sebagian besar berlangsung damai.
Para demonstran menuntut penghentian ekspor senjata ke Israel, akses bantuan kemanusiaan ke Gaza, pengakuan negara Palestina, dan akuntabilitas atas kejahatan perang.
Para pakar mencatat bahwa demonstran pro-Palestina di Berlin menjadi korban kekerasan polisi, beberapa terluka dan harus dirawat. Puluhan orang ditangkap, bahkan hanya karena meneriakkan slogan “From the river to the sea, Palestine will be free.”
Sementara sebagian pengadilan menganggap slogan itu mendukung kekerasan, pengadilan lain menyatakannya sebagai bentuk kebebasan berekspresi yang sah.
Para pakar juga menyoroti “penggunaan kekuatan polisi yang berlebihan dan penahanan sewenang-wenang, termasuk terhadap anak di bawah umur,” serta deportasi paksa terhadap aktivis pembela hak asasi.
Mereka menegaskan, Jerman seharusnya mendukung, bukan menekan, upaya menghentikan kejahatan perang dan genosida.
“Tidak ada keadaan apa pun yang dapat membenarkan kekerasan polisi yang tidak perlu atau kriminalisasi yang tidak adil atas kebebasan fundamental,” ujar mereka.
Kritikus menilai kebijakan luar negeri Jerman tercermin dalam upaya domestik menekan suara pro-Palestina. Dalam dua tahun terakhir, banyak aksi dibubarkan, acara budaya dan diskusi akademik dibatalkan, serta visa untuk tokoh internasional yang kritis terhadap Israel ditolak.
Seruan ini muncul di tengah meningkatnya kritik rakyat Jerman terhadap perang Israel di Gaza. Survei YouGov pada September menunjukkan 62 persen warga Jerman menilai perang Israel sebagai tindakan genosida, sementara hanya 17 persen yang tidak setuju.
Survei itu juga menunjukkan 67 persen responden kini memiliki pandangan negatif terhadap Israel.
Jerman, yang selama puluhan tahun menjadi pendukung kuat Israel, meningkatkan ekspor senjata ke wilayah pendudukan hingga sepuluh kali lipat sejak perang di Gaza dimulai — menjadikannya peserta aktif dalam genosida di wilayah Palestina yang terkepung.
Lebih dari dua tahun serangan Israel di Gaza, yang didukung AS dan negara-negara Barat, telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina, menghancurkan sebagian besar wilayah, dan membuat hampir seluruh penduduknya kehilangan tempat tinggal. [IT/G]